Senin, 05 November 2012

BAB 4 Metodologi (Contoh)


BAB IV
METODOLOGI

1.1  ANALISA AIR
1.1.1        Parameter Fisik
1.      Daya Hantar Listrik (DHL)
a. Ruang Lingkup
Metode ini meliputi cara uji daya hantar listrik (DHL) air dan air limbah dengan menggunakan alat konduktimeter.
b.Standar Acuan
Standar Nasional Indonesia, SNI 06-6989.1-2004
c. Prinsip Kerja
Daya hantar listrik diukur dengtan elektroda koonduktimeter dengan menggunakan larutan kalium klorida, KCl sebagai larutan baku pada suhu 250C.
d.Bahan
1.      Air suling DHL < 1 µmhos/cm.
2.      Larutan baku kalium kolrida, KCl 0,01 M
Larutkan 0,7456 g kalium klorida, KCl anhidrat yang sudah dikeringkan pada suhu 1100C selama 2 jam dengan air suling dan encerkan sampai volume 1000 mL. larutan ini pada suhu 250 C mempunyai daya hantar listrik 1413 µmhos/cm.
3.      Larutan baku kalium klorida, KCl 0,1 M
Larutkan 7,4560 g kalium klorida, KCl anhidrat yang sudah dikeringkan pada suhu 1100C selama 2 jam dengan air suling dan encerkan sampai volume 1000 mL. larutan ini pada suhu 250 C mempunyai daya hantar listrik 12900 µmhos/cm.
4.      Larutan baku kalium klorida 0,5 M
Larutkan 37,2800 g kalium klorida, KCl anhidrat yang sudah dikeringkan pada suhu 1100C selama 2 jam dengan air suling dan encerkan sampai volume 1000 mL. larutan ini pada suhu 250 C mempunyai daya hantar listrik 58460 µmhos/cm.

e. Peralatan
1.      Timbangan analitik
2.      Konduktimeter
3.      Labu ukur 1000 mL
4.      Thermometer
5.      Gelas kimia 100 mL
f.  Kalibrasi Alat
-          Cuci elektroda dengan larutan KCl 0,01 M sebanyak 3 kali
-          Atur suhu larutan KCl 0,01 M pada 250 C
-          Celupkan elektroda ke dalam larutan KCl 0,01 M
-          Tekan tombol kalibrasi
-          Atur sampai menunjuk angka 1413 µmhos/cm (sesuai dengan instruksi kerja alat).
g. Prosedur
-          Bilas elektroda dengan conth uji sebanyak 3 kali.
-          Celupkan elektrda ke dalam contoh uji sampai knduktimeter menunjukan pembacaan yang tetap.
-          Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan konduktimeter dan catat suhu contoh uji
h.Pengendalian Mutu
-          Lakukan analisis duplo untuk kontrol ketelitian analisis.
-          Jika nilai RPD lebih besar dari 5% lakukan pengukuran ketiga.
-          Rumus “Relative Percent Different” (RPD) :

 

Dengan pengertian :
X1 = nilai DHL pada pengukuran pertama
X2 = nilai DHL pada pengukuran kedua



2.      Padatan Tersuspensi Total (TSS)
a.      Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk menentukan residu tersuspensi yang terdapat dalam contoh uji air dan air limbah secara gravimetric. Metode ini tidak termasuk penentuan bahan yang mengapung, padatan yang mudah menguap dan dekomposisi garam mineral.
b.      Standar Acuan
Standar Nasional Indonesia, SNI 06-6989.3-2004
c.       Prinsip Kerja
Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 1030 C sampai dengan 1050C. kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pri – pori dsaringan peril diperbersar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.
d.       Bahan
1.      Kertas saring (glass-fiber filter) dengan beberapa jenis :
a.       Whatman Grade 934 AH, dengan ukuran pori (particle Retention) 1,5 µm (standar for TSS in water analysis)
b.      Gelman type A/E, denga ukuran pori (particle retention) 1,0 µm (Standar filter for TSS/TDS testing in sanitary water analysis procedures).
c.       E-D scientific specialities grade 161 (VWR brand grade 161) dengan ukuran pori (particle retention) 1,1 µm (recommended for use ini TSS/TDS testing in water and wastewater)
d.      Saringan dengan ukuran pori 0,45 µm
2.      Air suling
e.       Peralatan
1.      Desikator yang berisi silica gel ;
2.      Oven, untuk pengoperasian  pada suhu 1030 C sampai dengan 1050 C;
3.      Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg ;
4.      Pengaduk magnetic ;
5.      Pipet volum ;
6.      Gelas ukur;
7.      Cawan aluminium;
8.      Cawan porselen/cawan Gooch;
9.      Penjepit
10.  Kaca arloji dan
11.  Pompa vacuum
f.       Persiapan Pengujian
1.      Persiapan kertas saring atau cawan gooch
a.       Letakan kertas saring pada peralatan filtrasi. Pasang vakum dan wadah pencuci dengan air suling berlebih 20 mL. lanjutkan penyedotan untuk menghilangkan semua sisa air, matikan vakum, dan hentikan pencucian.
b.      Pindahkan kertas saring dari peralatan filtrasi kewadah timbang aluminium. Jika digunakan cawan gooch dapat langsung  dikeringkan.
c.       Keringkan dalam ov en pada suhu 1030 C sampai dengan 1050 C selama 1 jam, dinginkan dalam desikator kemudian timbang.
d.      Ulangi langkah pada butir C sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya aatau lebih kecil dari 0,5 mg.
g.      Prosedur
a.       Lakukan penyaringan dengan peralatan vakum. Basahi saringan dengan sedikit air suling
b.      Aduk contoh uji deengan pengaduk magnetic untuk memperoleh contoh uji yang lebbih homgen.
c.       Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh diaduk dengan pengaduk magnetik.
d.      Cuci kertas saring atau saringan dengan 3 kali 10 mL air suling, barkan kering sempurna, dan lanjutkan penyaringan dengan vakum selama 3 menit agar diperoleh penyaringan sempurna. Contoh uji dengan padatan terlarut yang tinggi memerlukan pencucian tambahan.
e.       Pindahkan kertas saring secara hati – hati dari peralatan penyaring dan pindahkan ke wadah timbang aluminium sebagai penyangga. Jika digunakan cawan gooch pindahkan cawan dari rangkaian alatnya.
f.       Keringkan dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu 1030 C sampai dengan 1050 C, dinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu dan timbang.
g.      Ulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator, dan lakukan penimbangan sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kesil dari 0,5 mg.
h.      Perhitungan


Dengan pengertian :
A adalah berat kertas saring + residu kering, mg ;
B adalah berat kertas saring, mg.

3.      Derajat keasaman (pH)
a.      Ruang Lingkup
Metode ini meliputi, cara uji derajat keasaman (pH) air dan air limbah dengan menggunakan alat pH meter.
b.      Standar Acuan
Standar Nasinal Indonesia, SNI 06-6989.11-2004
c.       Prinsip Kerja
Metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktivitas ion hydrogen secara potensiometri/elektrmetri dengan menggunakan pH meter.
d.      Bahan
1.         Larutan penyangga (buffer)
Larutan penyangga 4, 7 dan 10 yang siap pakai dan tersedia di pasaran, atau dapat juga dibuat dengan cara sebagai berikut :


a.       Larutan penyangga, pH 4,004 (250 C).
Timbangkan 10,12 g kalium hydrogen ptalat, KHC84O4, larutkan dama 1000 mL air suling.
b.      Larutan penyangga, pH 6,863 (250 C).
Timbangkan 3,387 g kalium dihidrgen posfat, KH2PO4 dan 3,533 g dinatrium hydrogen posfat, Na2HPO4, larutkan dalam 1000 mL air suling.
c.       Larutan penyangga, pH 10,014 (250 C).
Timbangkan 2,092 g natrium hydrogen karbonat, NaHCO3 dan 2,640 g Natrium karbonat, Na2CO3, larutkan dalam 1000 mL air suling.
e.       Peralatan
1.      pH meter dengan perlengkapannya ;
2.      pengaduk gelas atau magnetic;
3.      gelas kimia 250 mL;
4.      kertas tissue;
5.      timbangan analitik ; dan
6.      termometer
4.1.2        Parameter Kimia
1.      Pengujian Nitrit sebagai Nitrogen (NO2-N)
a.  Maksud dan tujuan
Untuk mengetahui kadar nitrit dalam air atau air limbah dengan metode spektrofotometri
b. Prinsip Kerja
Nitrit dalam suasana  asam pada pH 2,0 – 2,5 akan bereaksi dengan sulfanilamid (SA) dan N- (1-naphtyl) ethylene diamine dihydrocloride (NED dihydrocloride) membentuk senyawa azo yang berwarna merah keunguan. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya secara spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum 543 nm.



c.  Reaksi kimia
Asam sulfanilat ditambah sampel hasil reduksi

NH2-Cl                                                                 N=N-Cl
 

                            +           HNO2                                                 +          H2O



  SO3H                                                                  SO3H
Asam sulfanilat

Penambahan α – naftilamin
                     N=N-Cl


                    +                                           HSO3                                                           


                            NH2
 SO3H           α – naftilamin                                              garam diazo warna merah

d. Standar Acuan
Standar Nasional Indonesia, SNI 06-6989.9-2004
e.  Bahan
1.      Air suling bebas nitrit
2.      Larutan Sulfanilamid
3.      Larutan NED dihidroklorida
4.      Larutan induk nitrit 0,06 ppm
f.   Peralatan
1.      Gelas kimia 50 mL, 100 mL
2.      Pipet seukuran 25 mL dan 0,5 mL
3.      Labu ukur 25 mL, 500 mL
4.      Corong
5.      Gelas ukur
6.      Neraca analitik
7.      Spektrofotometri
g.  Persiapan Pengujian
1.      Pembuatan Larutan Sulfanilamida
Larutkan 5 gram sulfanilamide dalam campuran 300 mL air suling dan 50 mL HCl pekat. Encerkan dengan air suling sampai 500 mL.
2.      Pembuatan Larutan NED Dihidroklorida
Larutkan 500 mg N- (1-naphtyl) ethylene diamine dihydrocloride (NED dihydrocloride) dalam 500 mL air suling. Simpan dama botol gelap dalam refrigerator. Ganti setiap bulan atau bila berwarna coklat.
3.      Pembuatan Larutan induk nitrit 250 ppm NO­2-N
Larutkan 1,232 gram NaNo2 dalam air suling bebas nitrit dan tepatkan sampai 1000 mL. awetkan dengan 1 mL CHCl3.
4.      Pembuatan Larutan Standar Nitrit NO2-N
-          Pipet 0,0 mL ; 1,0 mL; 2,0 mL; 5,0 mL;10,0 mL; 15,0 mL dan 20 mL larutan baku nitrit 0,5 mg/L masing maasing ke dalam labu ukur 50 mL.
-          Tambahkan air suling sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh kadar nitrit NO2-N 0,0 mg/L; 0,01 mg/L; 0,02 mg/L; 0,05 mg/L, 0,10 mg/L; 0,15 mg/L, 0,20 mg/L
5.      Pembuatan kurva kalibrasi
-          Optimalkan spektrofotometri sesuai petunjuk penggunaan alat
-          Ke dalam masing-masing 50 mL larutan kerja tambahkan 1 mL larutan sulfanilamide, kocok dan biarkan 2 menit sampai dengan 8 menit.
-          Tambahkan 1 mL larutan NED dihidrocloride, kocok dan biarkan selama 10 menit dan segera lakukan pengukuran absorbansi (pengukuran tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam)
-          Baca masing – masing absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm
-          Buat kurva kalibrasinya
h.           Prosedur
1.      Pipet 50 mL contoh uji, masukan kedalam gelas kimia 200 mL
2.      tambahkan 1 mL larutan sulfanilamide, kocok dan biarkan 2 menit sampai dengan 8 menit.
3.      Tambahkan 1 mL larutan NED dihidrocloride, kocok dan biarkan selama 10 menit dan segera lakukan pengukuran absorbansi (pengukuran tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam)
4.      Baca masing – masing absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm.
i.    Perhitungan
1)      Kadar Nitrit
-          Masukan hasil pembacaan absorbansi contoh uji kedalam kurva kalibrasi
-          Kadar nitrit adalah hasil pembacaan larutan konsentrasi contoh uji dari kurva kalibrasi
2)      Persen temu balik (%recovery)
Pembuatan Spike matrix :
a.       40 mL contoh uji ditambah 10 mL larutan baku NO2-N 0,5 mg/L
b.      tambahkan 1 mL larutan sulfanilamide, kocok dan biarkan 2 menit sampai dengan 8 menit.
c.       Tambahkan 1 mL larutan NED dihidrocloride, kocok dan biarkan selama 10 menit dan segera lakukan pengukuran absorbansi (pengukuran tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam)
d.      Baca masing – masing absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm.

Dengan pengertian :
E adalah kadar contoh uji yang di spike (mg/L)
F adalah kadar contoh uji yang tidak di spike (mg/L)
G adalah kadar standar yang ditambahkan (target value) (mg/L)
      
 Dengan pengertian :
Y adalah volume larutan baku yang ditambah (mL)
Z adalah kadar larutan baku
V adalah volume akhir contoh uji yang di spike (mL)



2.      Pengujian Nitrat sebagai Nitrogen (NO3-N)
a.  Maksud dan tujuan
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan kadar nitrat (NO3-N) dalam air dan air limbah secara spektrofotometri.
b. Prinsip Kerja
Senyawa nitrat dalam contoh uji direduksi menjadi nitrit oleh cadmium (cd) yang dilapisi dengan tembaga (cu) dalam suatu kolom. Nitrit total yang terbentuk bereaksi dengan sulfanilamide dalam suasana asam menghasilkan senyawa diazonium. Senyawa diazonium kemudian bereaksi dengan N- (1-naphtyl) ethylene diamine dihydrocloride (NED) yang berwarna merah muda. Senyawa Azo ini ekivalen dengan senyawa diazonium yang ekivalen dengan nitrit total. Warna merah diukur diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang disekitar 543 nm.
Untuk menentukan nitrit dalam contoh uji dengan nitrit yang berasal dari hasil reduksi nitrat dilakukan penetapan nitrit tanpa melewatkan contoh uji pada kolom reduksi cadmium.
Kadar nitrat diperoleh dengan mengkoreksi hasil total nitrit yang didapat dari hasil reduksi dengan hasil nitrit yang diperoleh tanpa melewati kolom reduksi cadmium.
c.  Reaksi kimia
Asam sulfanilat ditambah sampel hasil reduksi :
NH2-Cl                                                            N=N-Cl


d.                       +           HNO2                                                 +          H2O


                     SO3H                                                                SO3H
                Asam sulfanilamin




Penambahan α – naftilamin :
                     N=N-Cl


e.                +                                             HSO3                                         +                                                 
                       SO3H                 NH2                                                                     garam diazo warna merah                                    α – naftilamin                                        

d.    Standar Acuan
Standar Nasional Indonesia, SNI 6989.79:2011
f.      Bahan
1.      Air bebas mineral
2.      Serbuk kalium nitrat (KNO3)
3.      Asam klorida (HCl) 6 N
4.      Larutan tembaga sulfat (CuSO4) 2%
5.      Butir cadmium tembaga
6.      Larutan pekat ammonium klorida – etilendiamin tetra asetat (NH4Cl-EDTA)
7.      Larutan  NH4Cl-EDTA encer
8.      Larutan pewarna
g.  Peralatan
1.      Spektrofotometer
2.      Labu ukur 50 mL, 100 mL, 1000 mL
3.      Pipet volum 0,5 mL, 1 mL, 2 mL, 4 mL, 8 mL dan 10 mL
4.      Gelas ukur 50 mL, 100 mL dan 200 mL
5.      Gelas kimia 100 mL, 250 mL, 500 mL, dan 1000 mL
6.      Kolom reduksi cadmium
7.      Botol semprot
8.      Oven
9.      Desikator

h. Persiapan pengujian
1.      Pembuatan larutan induk nitrat 100 mg/L
-          Keringkan serbuk kalium nitrat (KNO)dalam oven pada suhu 1050 C selama 24 jam, kemudian dinginkan dalam desikator
-          Timbang 0,722 g kalium nitrat (KNO3), kemudian larutkan dengan 100 mL air bebas mineral di dalam labu ukur 1000 mL
-          Tepatkan sampai tanda tera
-          Awetkan dengan menambahkan 2 mL CHCl3
2.      Pembuatan larutan baku nitrat 10 mg/L
-          Pipet 100 mL larutan induk nitrat kedalam labu ukur 1000  mL
-          Tambahkan air bebas mineral sampai tepat tanda tera
-          Awetkan dengan menambahkan 2 mL CHCl3
3.      Pembuatan dan uji efisiensi kolom reduksi
-          Masukan glass wool ke bagian bawah kolom reduksi, lalu isi dengan air bebas mineral.
-          Masukan butir Cd-Cu secukupnya sehingga panjang kolom 18,5 cm. jaga permukaan air selalu lebih tinggi dari butir Cd-Cu untuk mencegah gelembung udara terperangkap
-          Cuci kolom dengan 200 mL larutan  NH4Cl-EDTA encer
-          Atur kecepatan alir pada 7 – 10 mL/menit
-          Lakukan uji efisiensi kolom dengan melewatkan sedikitnya 100 mL larutan campuran 1 : 3 standar 1,0 mg/Ldan larutan NH4Cl-EDTA pekat
-          Hitung efisiensi kolom reduksi dengan cara melewatkan satu kadar larutan kerja NO3-N lalu bandingkan kadar nitrit yang dihasilkan dengan menggunakan kurva kalibrasi dengan larutan kerja NO2-N yang sama konsentrasinya. Jika efisiensi kolom dibawah 75% aktifkan kembali butir Cd-Cu.





Keterangan :
A adalah kadar nitrit yang dihasilkan dari larutan standar nitrat yang direduksi
B adalah kadar nitrit yyang dihasilkan dari larutan srandar nitrit

4.      Pembuatan kurva kalibrasi
-          Optimalkan alat uji spektrofotometri sesuai petunjuk penggunaan alat untuk pengujian kadar nitrat
-          Kedalam masing – masing larutan kerjatambahkan 75 mL larutan NH4Cl-EDTA pekat lalu kocok.
-          Lewatkan larutan di atas kedalam kolom reduksi, atur kecepatan 7 – 10 mL/menit
-          Buang 25 mL tampungan pertama
-          Selanjutnya tamping dalam labu
-          Ukur 50 mL larutan yang sudah direduksi dan masukan ke dalam Erlenmeyer 50 mL
-          Tambahkan 2 mL larutan pewarna dan kocok
-          Baca absorbansinya dalam kisaran waktu antara 10 menit sampai 2 jam setelah penambahan larutan pewarna
-          Buat kurva kalibrasi dengan mengukur absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm dan tentukan persamaan garis lurusnya.
-          Jika koefisien korelasi regresi linier (r) lebih kecil dari 0,995, periksa kondisi  alat dan ulamgi langkah pembuatan kurva kalibrasi sehingga diperoleh nilai koefisien r lebih dari 0,995

i.     Prosedur kerja
-          Atur pH contoh uji antara 7 – 9 dengan menambah HCl atau NaOH
-          Siapkan 25 mL contoh uji kedalam labu ukur 100 mL
-          tambahkan 75 mL larutan NH4Cl-EDTA pekat lalu kocok.
-          Lewatkan larutan di atas kedalam kolom reduksi, atur kecepatan 7 – 10 mL/menit
-          Buang 25 mL tampungan pertama
-          Selanjutnya tamping dalam labu
-          Ukur 50 mL larutan yang sudah direduksi dan masukan ke dalam Erlenmeyer 50 mL
-          Tambahkan 2 mL larutan pewarna dan kocok
-          Baca absorbansinya dalam kisaran waktu antara 10 menit sampai 2 jam setelah penambahan larutan pewarna
-          Tentukan kadar nitrit total dari kurva kalibrasi
j.  Perhitungan
Kadar nitrat (mg NO3-N/L) = A – B
 Keterangan
A adalah kadar NO2-N dari kolom reduksi
B adalah kadar NO2-N tanpa melewati kolom reduksi

3.      Pengujian Posfat sebagai Posfor
a.      Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui kadar Posfat pada air / limbah dengan metode spektrofotometri.
b.      Prinsip Kerja
Dalam suasana asam, amonium molibdat dan kalium antimonil tartrat bereaksi dengan ortofosfat membentuk senyawa asam fosfomolibdat kemudian direduksi oleh asam askorbat menjadi kompleks biru molibden.
c.       Reaksi Kimia
HPO42-  +  3NH3  +  12MnO42-  +  23H+                      (NH3)[P(Mn3O10)14]  +  12H2O
d.      Standar Acuan
Standar Nasional Indonesia, SNI 06-6989.31-2005 Metode Pengujian Posfat sebagai Posfor.
e.       Bahan – bahan
1.      Larutan asam sulfat ( H2SO4 ) 5N
2.      Larutan kalium antimonil tartrat ( K(SbO)C4H4O6. ½ H2O )
3.      Larutan amonium molibdat
4.      Larutan asam askorbat, C6H8O6 0,1 M
5.      Larutan campuran
6.      Kalium dihidrogen fofat anhidrat ( KH2PO4 )
f.       Peralatan
1.      Spektrofotometer
2.      Timbangan analitik
3.      Erlenmeyer 125 mL
4.      Labu ukur 100 mL; 250 mL dan 100 mL
5.      Gelas ukur 25 mL dan 50 mL
6.      Pipet ukur 10 mL
7.      Pipet volumetrik 2 mL; 5 mL; 10 mL; 20 mL dan 25 mL
8.      Gelas piala 1000 mL
9.      Pipet tetes
g.      Persiapan Pengujian
a)      Larutan asam sulfat ( H2SO4 ) 5N
Masukkan dengan hati – hati 70 mL asam sulfat pekat kedalam gelas piala yang berisi 300 mL air suling dan diletakkan pada penangas es. Encerkan larutan dengan air suling sampai 500 mL dan dihomogenkan.
b)      Larutan kalium antimonil tartrat ( K(SbO)C4H4O6. ½ H2O )
Larutkan 1,3715 gram kalium antimonil tartrat denagn 400 mL air suling dalam labu ukur 500 mL. Kemudian tambahkan air suling hingga tepat tanda tera dan dihomogenkan.

c)      Laruta ammonium molibdat
Larutkan 20 gram ammonium molibdat dalam 500 mL air suling dan dihomogenkan.
d)     Larutan asam askorbat C6H8O6 0.1 M
Larutkan 1,76 gram asam askorbat dalam 100 mL air suling.
CATATAN : larutan ini stabil selama 1 minggu pada suhu 40C
e)      Larutan campuran
Campurkan secara berturut – turut 50 mL H2SO4 5N, 5 mL larutan kalium antimonil tartrat, 15 mL larutan ammonium molibdat dan 30 mL larutan asam askorbat.
CATATAN :
v  Bila terbentuk warna biru, larutan campuran tidak dapat digunakan.
v  Jika terjadi kekeruhan pada larutan campuran, kocok dan biarkan beberapa menit sampai hilang kekeruhannya sebelum digunakan.
v  Larutan campuran ini stabil selama 4 jam.
f)       Pembuatan larutan induk fosfat 500 mg P/L
Ø  Larutkan 2,195 gram kalium dihidrogen fosfat anhidrat, KH2PO4 dengan 100 mL air suling dalam labu ukur 100 mL.
Ø  Tambahkan air suling sampai tepat pada tanda tera dan dihomogenkan.
g)      Pembuatan larutan baku fosfat 10 mg P/L
Ø  Pipet 2 mL larutan induk fosfat 500 mg P/L dan masukkan ke dalam labu ukur 100 mL
Ø  Tambahkan air suling sampai tepat pada tanda tera dan dihomogenkan.
h)      Pembuatan larutan kerja fosfat
Ø  Pipet 0 mL; 5 mL; 10 mL; 20 ml dan 25 mL larutan baku fosfat yang mengandug 10 mg P/L dan masukkan masing – masing kedalam labu ukur 250 mL.
Ø  Tambahkan air suling sampai tepat pada tanda tera kemudian dihomogenkan sehingga diperoleh kadar fosfat 0,0 mg P/L; 0,2 mg P/L; 0,4 mg P/L; 0,8 mg P/L dan 1,0 mg P/L
i)        Pembuatan kurva kalibrasi
Ø  Optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian kadar fosfat
Ø  Pipet 50 mL larutan kerja dan masukkan masing – masing kedalam erlenmeyer
Ø  Tambahkan 1 tetes indikator fenolftalin. Jika terbentuk warna merah muda, tambahkan tetes demi tetes H2SO4 5N sampai warna hilang
Ø  Tambahkan 8 mL larutan campuran dan dihomogenkan
Ø  Masukkan kedalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat serapannya pada panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara 10 menit sampai 30 menit
Ø  Buat kurva kalibrasi dari data diatas atau tentukan persamaan garis lurusnya


h.      Prosedur
a)      Pipet 50 mL contoh uji secara duplo dan masukkan masing – masing kedalam erlenmeyer
b)      Tambahkan 1 tetes indikator fenolftalin. Jika terbentuk warna merah muda, tambahkan tetes demi tetes H2SO4 5N sampai warna hilang
c)      Tambahkan 8 mL larutan campuran dan dihomogenkan
d)     Masukkan kedalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat serapannnya pada panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu dalam waktu antara 10 menit sampai 30 menit.
i.        Perhitungan
Kadar fosfat ( mg P/L ) = C x fp
            Dengan pengertian:
                        C adalah kadar yang didapat dari hasil pengukuran ( mg/L )
                        Fp adalah faktor pengenceran.

4.      Pengujian Klorida
a.      Maksud dan Tujuan
Untuk menentukan kadar klorida dalam air dengan metode argentometri
b.      Prinsip kerja
Dalam larutan netral atau sedikit basa, ion perak bereaksi secara kuantitatif dengan ion klorida. Titrasi diakhiri dengan pembentukan perak kromat yang berwarna merah hasil reaksi kelebihan ion perak dengan ion kromat.
c.       Reaksi kimia
Saat dititrasi oleh AgNO3:
Cl + AgNO3           →                AgCl + NO3
Putih


Di tambahkan indikator :
K2CrO4 + 2 AgNO3             →                 Ag2CrO4 + 2 KNO3
Merah bata
d.      Standar acuan
Standar Nasional Indonesia, SNI 6989.19:2009 metode pengujian klorida dengan metode Argentometri.
e.       Bahan
Ø  Air bebas mineral
Ø  Larutan baku natrium klrida (NaCl) 0,0141 N
Ø   Larutan baku perak nitrat (AgNO3) 0,0141 N
Ø  Larutan indikator kalium kromat (K2CrO4) 5%
Ø  Larutan asam sulfat (H2SO4)  1N
Ø  Larutan natrium hidroksida (NaOH) 1 N
Ø  Suspensi alumunium hidroksida (Al(OH)3)
Ø  Hidrogen peroksida (H2O2) 30 %
f.       Peralatan
Ø  Buret 50 mL atau alat titrasi lain yang setara
Ø  Labu Erlenmeyer 250 mL
Ø  Labu ukur 1000 mL
Ø  pH meter
Ø  pipet ukur 5 mL
Ø  pipet volumetrik 10 mL; 25 mL;50 mL;100 mL
Ø  gelas piala 2 L
Ø  desikator
Ø  oven
Ø  timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg
g.      Persiapan pengujian
1)      Larutan baku natrium klorida (NaCl) 0,0141 N
Larukan 824 mg NaCl, yang telah dikeringkan pada 1400C selama 2 jam, dalam air bebas mineral dan encerkan sampai 1000 mL. Larutan ini mempunyai kadar klorida 500 mg Cl/L

2)      Larutan baku perak nitrat (AgNO3) 0,0141 N
Larutkan 2,395 gr AgNO3 dalam air bebas mineral dan encerkan sampai 1000 mL. Bakukan dengan larutan NaCl 0,0141 N. Simpan dalam botol berwarna coklat (gelap)
3)      Larutan indikator kalium kromat (K2CrO4) 5%
Larutkan 50 gr K2CrO4  dengan sedikit air bebas mineral tambahkan larutan AgNO3 sampai terbentuk endapan merah yang jelas. Biarkan selama 12 jam, saring dan encerkan dengan air bebas mineral sampai 1 L.
4)      Larutan asam sulfat (H2SO4) 1 N
Tambahkan 28 mL H2SO4 pekat sedikit demi sedikit ke dalam ±800 mL air bebas mineral sambil diaduk dan diencerkan sampai 1 L.
5)      Larutan natrium hidroksida (NaOH) 1 N
Larutkan 40 gr NaOH dalam air bebas mineral dan encerkan sampai 1 L
6)      Suspensi alumunium hidroksida (Al(OH)3)
Larutkan 125 gr alumunium kalium sulfat atau alumunium amonium sulfat dalam 1 L air bebas mineral. Panaskan sampai 600C dan tambahkan 55 mL NH4OH pekat secara perlahan lahan sambil diaduk. Biarkan selama 1 jam pindahkan kedalam botol dan cuci endapannya dengan air bebas mineral berturut-turut dengan proses pengadukan dan dekatasi sehingga diperoleh volume suspensi  ± 1 L.
7)      Pembakuan larutan AgNO3
-          Pipet 25 mL larutan baku NaCl 0,0141 N masukan kedalam labu erlenmeyer 250 mL tambahkan air bebas mineral hingga menjadi 100 mL
-          Tambahkan 1 mL larutan indikator K2CrO 
-          Titrasi dengan  larutan AgNO3 sampai terbentuk warna kuning kemerahan seagai titik akhir,catat kebutuhan larutan AgNO3
-          Lakukan langkah A-C dengan menggunakan air bebas mineral sebagai larutan blanko, catat  kebutuhan larutan AgNO3
-          Hitung normalitas larutan AgNO3 sebgai berikut :
   


Keterangan :
A adalah volume larutan AgNO3 yang dibutuhkan untuk titrasi larutan NaCl (mL)
B adalah volume larutan AgNO3 yang dibutuhkan untuk titrasi larutan blanko (mL)
N adalah normalitas larutan NaCl
V adalah volume larutan NaCl yang digunakan (mL)
h.      Prosedur pengujian
a)      Pipet 100 mL contoh uji atau sejumlah volume contoh uji yang telah diencerkan menjadi 100 mL, masukan kedalam labu Erlenmeyer 250 mL
b)      Tambahkan 1 mL larutan indikator K2CrO4
c)      Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai terbentuk warna kuning kemerahan sebagai titik akhir, catat kebutuhan AgNO3
d)     Lakukan langkah A-C dengan menggunakan air bebas mineral sebagai larutan blanko, catat  kebutuhan larutan AgNO3
i.        Perhitungan
Kadar klorida (mg Cl-/ L)

Keterangan :
A adalah volume larutan AgNO3 yang dibutuhkan untuk titrasi larutan contoh uji  (mL)
B adalah volume larutan AgNO3 yang dibutuhkan untuk titrasi larutan blanko (mL)
N adalah normalitas larutan AgNO3
V adalah volume larutan contoh uji yang digunakan (mL)
f adalah faktor pengenceran


5.      Pengujian kesadahan sebagai CaCO3
a.      Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui kadar kesadahan sebagai CaCO3 dalam sampel aid an air limbah.
b.      Prinsip Kerja
Garam dinatrium etilen diamin tetra asetat (EDTA) akan bereaksi dengan kation logam tertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang larut. Pada pH 10 ± 0,1, ion – ion kalsium dan magnesium dalam sampel akan bereaksi dengan indicator Eriochrome Black (EBT) dan membentuk larutan berwarna merah keunguan. Jika Na2EDTA ditambahhkan sebagai titran maka ion – ion kalsium dan magnesium akan membentuk senyawa kmpleks, molekul indicator terlepas kembali dan pada titik akhir titrasi larutan akan berubah warna dari merah keunguan menjadi biru. Dari cara ini akan didapat kesadahan total (Ca + Mg).
Kalsium dapat ditentukan secara langsung dengan EDTA bila pH contoh uji dibuat cukup tinggi (12 – 13), sehingga magnesium akan mengendap sebagai magnesium hidroksida dan pada titik akhir titrasi indicator EBT hanya akan bereaksi dengan kalsium saja membentuk larutan berwarna biru. Dari cara ini akan didapat kadar kalsium dalam air (Ca).
Dari kedua cara tersebut dapat dihitung kadar magnesium dengan cara mengurangkan hasil kesadahan total dengan kadar kalsium yang diperoleh, yang dihitung sebagai CaCO3.
c.       Reaksi Kimia
Ca2+   +  HD                  CaD  +  H+  ( reaksi dengan indikator )
Mg2+  +  HD                  MgD  +  H+
Ca2+   +  H2Y                 CaY2-  +  2H+  ( saat titrasi )
Ca2+   +  H2Y                 CaY2-  +  HD2-  +  H+  ( TA )

d.      Standar Acuan
Standar Nasional Indonesia, SNI 06-6989.12-2004
e.       Bahan
1.      Indicator mureksid
2.      Indicator EBT (Erichrome Black Tea)
3.      Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 1 N
4.      Larutan penyangga pH 10 ± 0,1
5.      Bahan pengomplek
6.      Larutan Standar kalsium karbnat (CaCO3) 0,01 M (1 mg/mL)
7.      Larutan baku dinatrium etilen diamin tetra asetat dihidrat (Na2EDTA.2H2O) 0,01 M
8.      Larutan Na2EDTA ± 0,01 M
9.      Serbuk Natrium Sianida
10.  Air suling atau air bebas mineral yang mempunyai daya hantar listrik (DHL) 0,5 µS/cm - 2µS/cm.
f.       Peralatan
1.      Buret 50 mL
2.      Labu Erlenmeyer 250 dan 500 mL
3.      Labu ukur 250 dan 1000 mL
4.      Gelas ukur 100 mL
5.      Pipet volum 10 dan 50 mL
6.      Pipet ukur 10 mL
7.      Gelas kimia 50, 250, dan 1000 mL
8.      Sendok sungu
9.      pH meter
10.  batang pengaduk
11.  pemanas listrik
12.  timbangan analitik
13.  kaca arloji
14.  mortar dan stamfer
15.  botl semprot
16.  botol borosilikat
17.  tutup asah
18.  botol borosilikat tutup karet
g.      Persiapan Pengujian
a)      Indikator murexid
·         Timbang 200 mg murexid dan 100 gr Kristal Natrium Clorida (NaCl) kemudian dicampur
·         Gerus campuran tersebut hingga mempunyai ukuran 40 mesh sampai  dengan 50 mesh
·         Simpan dalam botol yang tertutup rapat
b)      Indikator Eriochrome Black T (EBT)
·         Timbang 200 mg EBT dan 100 gr Kristal NaCl kemudian dicampur
·         Gerus campuran tersebut hingga mempunyai ukuran 40 mesh sampai  dengan 50 mesh
·         Simpan dalam botol yang tertutup rapat
c)      Larutan Natrium Hidrksida (NaOH) 1 N
·         Timbang 40 gr NaOH larutkan dengan 50 mL air suling
·         Encerkan dengan air suling hingga volume menjadi 1000 mL
d)     Larutan penyangga pH 10 ± 0,1
Ø  Cara 1
·         Larutkan 16,9 gr amonium klorida (NH4Cl) dalam 143 mL ammonium hidroksida pekat
·         Tambahkan 1,25 gr magnesium etilen diamin tetra asetat (Mg-EDTA)
·         Encerkan dengan air suling hingga volume 250 mL
Ø  Cara 2
·         Larutkan1,179 gr Na2EDTA dihidrat dan 780 mg magnesium sulfat penta hidrat ( MgSO4.7H2O) atau 644 mg magnesium klorida heksa hidrat (MgCl2.6H2O) dalam 50 mL air suling
·         Tambahkan larutan tersebut kedalam 16,9 gr NH4Cl dan 143 mL NH4OH pekat sambil dilakukan pengadukan
·         Encerkan dengan air suling hingga volumenya 250 mL
e)      Bahan pengomplek
untuk contoh uji air yang mengandung ion-ion penggangu memerlukan bahan pengkomplek untuk menghasilkan perubahan warna yang jelas dan tajam pada titik akhir titrasi
·         Inhibitor 1
a)      Atur keasaman contoh uji menjadi pH 6 atau lebih tinggi dengan menggunakan larutan penyangga atau NaOH 0,1 N
b)      Tambahkan 250 mg serbuk natrium sianida
c)      Tambahkan larutan penyangga secukupnya sampai pH-nya 10
·         Inhibitor 2
a)      Larutkan 5 gr natrium sulfide non anhidrat (Na2S.9H2O) atau 3,7 gr Na2S.5H2O dalam 100 mL air suling.
b)      Simpan dalam botol yang tertutup rapat dengan karet hindarkan agar tidak kontak dengan udara
·         Mg-EDTA
Tambahkan 250 mg Mg-EDTA untuk setian 100 mL contoh uji dan kocok hingga larut sempurna sebelum penambahan lartutan penyangga
f)       Larutan standar kalsium karbonat CaCO3 0,01 M (mg/mL)
·         Timbang 1 gr CaCO3 anhidrat masukan kedalam labu Erlenmeyer 500 mL
·         Larutkan dengan sedikit asam klorida 1:1 tambah dengan 200 mL air suling
·         Didihkan beberapa menit untuk menghilangkan CO2  lalu dinginkan
·         Setelah dingin tambahkan beberapa tetes indicator metyle merah
·         Tambahkan NH4OH 3 M atau HCl 1:1 sampai terbentuk warna orange
·         Pindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur 1000 mL kemudian tepatkan sampai tanda tera
g)      Larutan baku dinatrium etilen diamin tetra asetat dihidrat( Na2EDTA.2H2O) larutkan 3,723 gr Na2EDTA dihidrat dengan air suling didalam labu ukur 1000 mL tepatkan sampai tanda tera
h)      Larutan Na2EDTA 0,01 M
·         Pipet 10 mL larutan standar CaCO3 0,01 M masukan kedalam labu Erlenmeyer 250 mL
·         Tambahkan 40 mL air suling dan 1 mL larutan penyangga pH 10 ± 0,1
·         Tambahkan seujung spatula 30 mg sampai dengan 50 mg indicator EBT
·         Titrasi dengan larutan Na2EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna dari merah keunguan menjadi biru
·         Catat volume larutan Na2EDTA yang digunakan
·         Ulangi titrasi tersebut 3 kali kemudian volume Na2EDTA yang digunakan dirata-ratakan hitung nrmalitas larutan baku Na2EDTA dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

                   Dengan pengertian:
                   MEDTA adalah molaritas  larutan baku NaEDTA (mmol/mL)
                   VEDTA adalah volume rata-rata larutan baku Na2EDTA (mL)
VCaCO3 adalah volume rata-rata larutan CaCO3 yang digunakan (mL)
MCaCO3 adalah molaritas larutan CaCO3 yang digunakan   (mmol/mL)
h.      Porsedur
1.      Ambil 25 mL contoh uji secara duplo masukan kedalam labu Erlenmeyer 250 mL encerkan dengan air suling sampai volume 50 mL
2.      Tambahkan 1 mL sampai dengan 2 mL larutan penyangga
3.      Tambahkan seujung spatula 30 mg sampai dengan 50 mg indicator EBT
4.      Lakukan titrasi dengan larutan Na2EDTA 0,01 M secara perlahan sampai terjadi perubahan warna merah keunguan menjadi biru
5.      Catat volume larutan Na2EDTA apabila larutan Na2EDTA yang dibutuhkan untuk titrasi lebih dari 15 mL encerkan cntoh uji dengan air suling dan ulangi langkah 1-5
6.      Ulangi titrasi tersebut hingga 2 kali kemudian rata-ratakan volume Na2EDTA yang digunakan.
Jika spike matrix digunakan sebagai control mutu maka lakukan dengan cara sebagai berikut :
-          Ambil 15 mL contoh uji ditambah 10 mL larutan standar CaCO3 0,01 M dan encerkan dengan air suling hingga volumenya 50 mL, masukan kedalam Erlenmeyer 250 mL. lakukan langkah 2 sampai 5 diatas.
i.        Perhitungan

     x V EDTA (b) x M EDTA x 40

Pengertian :
Vc.u adalah volume larutan conth uji (mL);
V EDTA (a) adalah volume rata – rata larutan baku Na2EDTA untuk t5itrasi kesadahan total (mL);
M EDTA adalah molartas larutan baku Na2EDTA untuk titrasi (mmol/mL);
V EDTA (b) adalah volume rata – rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi kalsium (mL).
j.        Persen temu balik (% Recovery, %R)
Persen temu balik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dengan pengertian :
R adalah recovery
A adalah kadar contoh uji yang di spike (mg/L);
B adalah kadar contoh uji yang tidak di spike (mg/L);
C adala kadar standar yang diperoleh ( target value ), (mg/L).
Dimana, 
                                dengan pengertian :
Y adalah voluime standar yang ditambahkan (mL);
Z adalah kadar Ca yang ditambahkan (mg/L);
V adalah volume akhir (mL).

6.       Pengujian Calsium ( Ca ) Metode Titrimetri
a.      Maksud dan Tujuan
Untuk menentukan kadar Calsium ( Ca ) dalam air dan air llimbah dengan metode titrimetri
b.      Prinsip
Pada pH contoh uji cukup tinggi ( 12 – 13 ), magnesium akan mengendap sebagai magnesium hidroksida maka EDTA hanya akan bereaksi dengan Calsium. Pada awalanya indicator murexid bereaksi dengan ion Calsium sehingga larutan berwarna merah muda. Pada titik akhir titrasi dengan EDTA, indicator akan lepas kembali dan larutan menjadi warna ungu.

c.       Reaksi
Ca2+   +  HD                 CaD  +  H+  ( reaksi dengan indikator )
Mg2+  +  HD                 MgD  +  H+
Ca2+   +  H2Y                CaY2-  +  2H+  ( saat titrasi )
Ca2+   +  H2Y                CaY2-  +  HD2-  +  H+  ( TA )
d.      Standar Acuan
Standar Nasional Indonesia SNI.06-6989.13-2004 metode titrimetri
e.       Bahan
1.      Indikator murexid
2.      Indicator Eriochrome Black T ( EBT )
3.      Larutan Natrium Hidroksida ( NaOH )
4.      Larutan penyangga pH 10 ± 0.1
5.      Larutan standar Calsium karbonat ( CaCO3 ) 0,01 M
6.      Larutan baku dinatrium etilen diamin tetra asetat dihidrta ( Na2EDTA . 2H2O )0,01 M
7.      Serbuk kalium sianida ( KCN )
8.      Air suling atau air bebas mineral yang mempunyai Daya Hantar Listrik ( DHL ) 0,5 µS/ cm – 2 µS / cm.
f.       Peralatan
1.      Buret 50 mL
2.      Labu Erlenmeyer 250 mL dan 500 mL
3.      Labu ukur 250 mL dan 1000 mL
4.      Gelas ukur 100 mL
5.      Pipet volume 10 mL dan 50 mL
6.      Pipet ukur 100 mL
7.      Gelas kimia 50 mL; 250 mL dan1000 mL
8.      Spatula
9.      Alat pengukur pH
10.  Batang pengaduk
11.  Pemanas listrik
12.  Timbangan analitik
13.  Kaca arloji
14.  Mortar dan alu
15.  Botol borosilikat tutup asah
16.  Botol borosilikat tutup karet
g.      Persiapan Pengujian
1.      Indicator murexid
·         Timbang 200 mg murexid dan 100 gram NaCl, kemudian dicampur.
·         Gerus campuran tersebut hingga mempunyai ukuran 40 mesh – 50 mesh.
·         Simpan dalam botol yang tertutup rapat
2.      Indikator Eriochrome Black T (EBT)
·         Timbang 200 mg EBT dan 100 gr Kristal NaCl kemudian dicampur
·         Gerus campuran tersebut hingga mempunyai ukuran 40 mesh sampai  dengan 50 mesh
·         Simpan dalam botol yang tertutup rapat
3.      Larutan Natrium Hidrksida (NaOH) 1 N
·         Timbang 40 gr NaOH larutkan dengan 50 mL air suling
·         Encerkan dengan air suling hingga volume menjadi 1000 mL
4.      Larutan penyangga pH 10 ± 0,1
·         Cara 1
·         Larutkan 16,9 gr amonium klorida (NH4Cl) dalam 143 mL ammonium hidroksida pekat
·         Tambahkan 1,25 gr magnesium etilen diamin tetra asetat (Mg-EDTA)
·         Encerkan dengan air suling hingga volume 250 mL
·         Cara 2
·         Larutkan1,179 gr Na2EDTA dihidrat dan 780 mg magnesium sulfat penta hidrat ( MgSO4.7H2O) atau 644 mg magnesium klorida heksa hidrat (MgCl2.6H2O) dalam 50 mL air suling
·         Tambahkan larutan tersebut kedalam 16,9 gr NH4Cl dan 143 mL NH4OH pekat sambil dilakukan pengadukan
·         Encerkan dengan air suling hingga volumenya 250 mL
5.      Larutan standar kalsium karbonat CaCO3 0,01 M (mg/mL)
·         Timbang 1 gr CaCO3 anhidrat masukan kedalam labu Erlenmeyer 500 mL
·         Larutkan dengan sedikit asam klorida 1:1 tambah dengan 200 mL air suling
·         Didihkan beberapa menit untuk menghilangkan CO2  lalu dinginkan
·         Setelah dingin tambahkan beberapa tetes indicator metyle merah
·         Tambahkan NH4OH 3 M atau HCl 1:1 sampai terbentuk warna orange
·         Pindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur 1000 mL kemudian tepatkan sampai tanda tera
6.      Larutan baku dinatrium etilen diamin tetra asetat dihidrat( Na2EDTA.2H2O) larutkan 3,723 gr Na2EDTA dihidrat dengan air suling didalam labu ukur 1000 mL tepatkan sampai tanda tera
7.      Pembakuan larutan Na2EDTA ± 0,01 M
·         Pipet 10 mL larutan standar CaCO3 0,01 M, masukkan kedalam labu Erlenmeyer 250 mL
·         Tambahkan 40 mL air suling dan 1 mL larutan penyangga pH  10 ± 0,1
·         Tambahkan seujung spatula 30 mg – 50 mg indicator EBT
·         Titrasi dengan larutan Na2EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna dari merah keunguan menjadi biru
·         Catat volume larutan Na2EDTA yang digunakan
·         Ulangi titrasi tersebut 3 kali, kemudian volume Na2EDTA yang digunakan dirata – ratakan
·         Hitung mlaritas larutan baku Na2EDTA dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dengan pengertian:
·         MEDTA adalah molaritas  larutan baku NaEDTA (mmol/mL)
·         VEDTA adalah volume rata-rata larutan baku Na2EDTA (mL)
·         VCaCO3 adalah volume rata-rata larutan CaCO3 yang digunakan (mL)
·         MCaCO3 adalah molaritas larutan CaCO3 yang digunakan (mmol/mL)
h.      Prosedur
1.      Ambil 50 mL contoh uji secara duplo, masukkan kedalam labu Erlenmeyer 250 mL
2.      Tambahkan 2 mL laruitan NaOH 1 N ( secukupnya ) sampai dicapai pH 12 – 13
3.      Apabila contoh uji keruh, tambahkan 1 mL – 2 mL larutan KCN 10 %
4.      Tambahkan seujung spatula atau setara dengan 30 mg – 50 mg indicator murexid.
5.      Lakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna merah muda menjadi ungu
6.      Catat volume larutan baku Na2EDTA yang digunakan
7.      Apabila larutan Na2EDTA yang dibutuhkan untuk titrasi lebih dari 15 mL encerkan contoh uji dengan air suling dan ulangi langkah 1 – 6 diatas
8.      Ulangi titrasi tersebut 2 kali, kemudian volume Na2EDTA yang digunakan dirata – ratakan
9.      Jika spike matrix  digunakan sebagai control mutu lakukan dengan cara sebagai berikut :
Ambil 15 mL contoh uji, tambahkan 10 mL larutan standar Kalsium Karbonat 0,01 M dan encerkan dengan air suling hingga volumenya 50 mL, masukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL. lakukan langkah dari 2 – 8 diatas
i.        Perhitungan
1.      Kadar kalsium Ca



Dengan pengertian :
Vc.u    adalah volume larutan contoh uji ( mL )
VEDTA         adalah volume rata – rata larutan baku Na­2EDTA untuk titrasi kesadahan total ( mL )
MEDTA        adalah molaritas larutanh baku Na2EDTA untuk titrasi ( mmol/mL )
VEDTA         adalah volume rata – rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi kalsium ( mL )
Persen temu balik (% Recovery, %R)
Persen temu balik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dengan pengertian :
R adalah recovery
A adalah kadar contoh uji yang di spike (mg/L);
B adalah kadar contoh uji yang tidak di spike (mg/L);
C adala kadar standar yang diperoleh ( target value ), (mg/L).
Dimana, 
                                dengan pengertian :
Y adalah voluime standar yang ditambahkan (mL);
Z adalah kadar Ca yang ditambahkan (mg/L);
V adalah volume akhir (mL).

7.      Pengujian COD / KOK
a.      Maksud dan tujuan
Untuk menentukan kebutuhan oksigen dalam air
b.      Prinsip Kerja
Sebagian besar zat organic melalui tes COD ini dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih. Selama reaksi berlangsung ± 2 jam ini, uap refluks dengan alat reactor agar zat organic volatile tidak keluar. Perak sulfat (Ag2SO4) ditambahkan sebagai katalisatoruntuk mempercepat reaksi. Sedangkan Hg2SO4 ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida yang pada umumnya berada di dalam air buangan. Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organic habis teroksidasi, maka zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa setelah direfluks. K2Cr2O7 yang tersisa di dalam larutan tersebut digunakan untuk menentukan berapa ksigen yang telah dipakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukanmelalui titrasi dengan Ferro Ammnium Sulfat (FAS). Indicator feroin digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu disaat warna hijau biru berubah menjadi coklat merah. Sisa K2Cr2O7 dalam larutan blanko tidak mengandung zat organik yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7.

c.       Reaksi Kimia
6Cl- +  Cr2O72- + 14H+                        3Cl2 + 2Cr3+ + 7H2O
6Fe2+ +  Cr2O72- + 14H+                      6Fe3+ +  2Cr3+ + 7H2O
Hg2+ +  2Cl-                                         HgCl2
CaHbOc +  Cr2O72-  + H+                     E CO2 + H2O + Cr3+
( warna kuning )                                  Ag2SO4 ( warna hijau )

d.      Standar Acuan
Standard Methods for the Examination of water and wastewater
e.       Bahan
1.      Larutan K2Cr2O7 – HgSO4 (Larutan 1)
2.      Larutan H2SO4 – AgSO4 (larutan II)
3.      Larutan FAS 0,025 M
4.      Indikatr ferroin
f.       Peralatan
1.      Erlenmeyer 125 mL
2.      Buret 50 mL
3.      KOK Reactor
4.      Tabung reaksi
5.      Pipet tetes
6.      Gelas ukur 100 mL; 500 mL;
7.      Labu ukur 25 mL; 100 mL; 1000 mL
8.      Batang pengaduk
9.      Pipet volume 3 mL; 5 mL; 10 mL
10.  Neraca analitik
g.      Persiapan Pengujian
1.      Pembuatan larutan K2Cr2O7 – HgSO4 (Larutan I)
-          Larutkan 2,4515 g K2Cr2O7  (yang telah dikeringkan di oven ± 1050 C cselama 2 jam dan didinginkan di dalam desikator selama 5 menit) dengan aquades dalam labu ukur 500 mL
-          Tambahkan 83,5 mL H2SO4 pekat secara perlahan – lahan
-          Tambahkan 16,65 g HgSO4 dan aduk rata
-          Tambahkan aquades hingga tanda batas
2.      Pembuatan larutan   H2SO4 – AgSO4 (larutan II)
-          Larutkan 10,2 gram Ag2SO4 dalam 1000 mL H2SO4 ­pekat
-          Aduk dan biarkan selama 2 hari hingga semua AgSO4 larut
3.      Pembuatan larutan FAS 0,025 M
-          Larutkan 9,8 g Fe(NH4)2(SO4)2 dengan 200 mL aquades dalam labu ukur 1000 mL
-          Tambahkan 20 mL H2SO4 pekat secara perlahan – lahan
-          Tambahkan aquades hingga tanda batas
-          Tetapkan kenormalan larutan baku FAS dengan larutan K2Cr2O7  0,025 N dengan cara :
·         Buat larutan K2Cr2O7 0,025 N : larutkan K2Cr2O7 p.a (yang telah dikeringkan di oven ± 1050 C selama 2 jam dan didinginkan di dalam desikator selama 5 menit) dengan aquades dalam labu ukur 100 mL (catat penimbangan). Tambahkan aquades hingga tanda batas.
·         Pipet 10,00 mL larutan K2Cr2O7 dan tambahkan 3 mL asam sulfat pekat, kemudian dinginkan. Tambahkan 3 tetes indicator feroin. Titrasi dengan larutan baku FAS hingga terjadi perubahan warna dari hijau kebiru – biruan menjadi jingga kemerahan. (catat vlume pemakaian). Hitung kenormalan larutan baku FAS dengan :
4.      Pembuatan Indikator ferroin
-          Larutkan 0,7425 g fenantrolin monhydrat dan 0,3475 g FeSO4.7H2O dengan aquades dalam labu ukur 50 mL
-          Aduk hingga benar – benar larut
-          Tambahkan aquades hingga tanda batas
-          Simpan indicator dalam lemari es
h.      Prosedur Kerja
1.      Ukur 3 mL contoh uji dan masukkan ke dalam tabung KOK kering yang sebelumnya telah direndam dengan H2SO4 20% dan dibilas dengan aquades
2.      Tambahkan 1.8 m  L larutan K2Cr2O7-HgSO4 (larutan I) menggunakan buret
3.      Tambahkan 4.2 mL larutan H2SO4-AgSO4 (larutan II) secara perlahan-lahan tutup rapat dan kocok hati-hati
4.      Masukkan ke dalam KOK reactor yang telah dipanaskan pada 150ºC, refluks selama 2 jam
5.      Dinginkan dan pindahkan ke dalam labu Erlenmeyer 100 mL (Bilas tabung dan tutup hingga semua conth uji masuk ke dalam labu Erlenmeyer)
6.      Tambahkan 3 tetes indicator feroin
7.      Titrasi contoh dengan larutan FAS 0,025 M hingga terjadi perubahan warna dari biru kehijauan menjadi merah kecoklatan
8.      Catat volume larutan FAS yang digunakan, kemudian hitung kadar KOK
9.      Lakukan pengenceran yang sama untuk blanko dan IQC
i.        Perhitungan
Kadar KOK dalam contoh air:


Keterangan:
A = mL larutan FAS yang digunakan blanko
B = mL larutan FAS yang digunakan contoh
M = molaritas larutan FAS

8.      Pengujian kadar Sulfat
a.      Maksud dan tujuan
Untuk penentuan kadar kadar sulfat ( SO4-2 ) dalam air dan air limbah secara turbidimetri.
b.      Prinsip kerja
Ion sulfat ( SO4-2 ) dalam suasan asam bereaksi dengan barium klorida (BaCl2) membentuk kristal barium sulfat ( BaSO4 ) yang serba sama. Sinar yang diserap oleh suspensi barium sulfat diukur dengan fotometer dan kadar sulfat dihitung secara perbandingan pembacaan dengan kurva kalibrasi.
c.       Standar acuan
SNI 6989.20:2009

d.      Reaksi kimia
Ba2+  +  SO42-                            BaSO4
e.       Bahan
                                             1.         Air bebas mineral
                                             2.         Kertas saring
                                             3.         Barium klorida kristal
                                             4.         Larutan baku sulfat 100 mg SO4-2 / L ( 1 mL = 100 µg SO4-2 )
                                             5.         Larutan buffer A
                                             6.         Larutan buffer B
f.       Peralatan
                                                1.      Spektrofotometer
                                                2.      Labu ukur 100 mL dan 1000 mL
                                                3.      Pipet volumetric 5 mL; 10 mL; 15 mL; 20 mL; 25 mL dan 50 mL
                                                4.      Labu erlenmeyer 250 mL atau gelas kimia 250 mL
                                                5.      Stopwatch
                                                6.      Alat pengaduk mekanis
                                                7.      Sendok penakar kapasitas 0,2 mL samapai 0,3 mL
                                                8.      Timbangan analitik dengan ketelitia 0,1 mg
g.      Persiapan pengujian
                                                1.      Larutan baku sulfat 100 mg
Larutkan 0.1479 gram natrium sulfat ( Na2SO4) anhidrat dalam air bebas mineral dan encerkan sampai 1000 mL.
                                                2.      Larutan buffer A
Larutkan 30 gram magnesium klorida heksahidrat ( MgCl2. 6H2O ), 5 gram natrium asetat trihidrat ( CH3COONa.3H2O ), 1 gram kalium  nitrat ( KNO3 ), dan 20 mL asam asetat pekat ( CH3COOH 99% ) dalam 500 mL air bebas mineral dan tepatkan sampai 1000 mL.
                                                3.      Larutan buffer B
Larutkan 30 gram magnesium klorida heksahidrat ( MgCl2.6H2O ), 5 gram natrium asetat trihidrat ( CH3COONa.3H2O ), 1 gram kalium  nitrat ( KNO3 ), 0.111 gram natrium sulfat anhidrat dan 20 mL asam asetat pekat ( CH3COOH 99% ) dalam 500 mL air bebas mineral dan tepatkan sampai 100 mL.
                                                4.      Pembuatan kurva kalibrasi
Ø  Operasionalkan dan optimalkan spektrofotometera atau turbidimeter sesuai dengan petunjuk penggunaa alat
Ø  Pindahkan masing – masing 100 mL larutan kerja keadalam labu Erlenmeyer 250 mL atau gelas kimia 250 mL
Ø  Tambahkan 20 mL larutan buffer A, aduk dengan alat pengauk pada kecepatan konstan. Selama pengadukan tambahkan 1 sendok takar kristal BaCl2, pengadukan diteruskan selama 60 ± 2 detik terhitung dari penambahan BaCl2
Ø  Ukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm atau ukur turbiditasnya dengan turbidimeter pada waktu 5 ± 0.5 menit
Ø  Buat kurva kalibrasinya atau tentukan persamaan garis regensinya.
h.      Prosedur
                                                1.      Pipet 100 mL contoh uji atau sejumlah contoh uji yang telah diencerkan menjadi 100 mL, masukkan kedalam labu erlenmeyer 250 mL atau gelas kimia 250 mL.
                                                2.      Ambahkan 20 mL larutan buffer A, aduk dengan alat pengaduk pada kecepatan konstan. Selama pengadukan tambahkan 1 sendok takar kristal BaCl2, pengadukan diteruskan selama 60 ± 2 detik terhitung dari penambahan BaCl2
                                                3.      Ukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm atau ukur turbiditasnya dengan turbidimeter pada waktu 5 ± 0.5 menit
                                                4.      Catat serapannya atau turbiditasnya
i.        Perhitungan
Kadar sulfat ( mg SO4-2 / L ) = c x f
Keterangan :
C adalah kadar sulfat yang diperoleh dari kurva kalibrasi ( mg/L )
F adalah faktor pengenceran.




9.      Pengujian Klorin Bebas Sebagai Cl2
a.      Maksud dan Tujuan
Menentukan kadar klor bebas (Cl2) dalm sample air, sehingga dapat diketahui kualitas air tersebut.
b.      Prinsip Kerja
Klorin bebas akan membebaskan iodine (I2) dari larutan Kalium Iodida (KI) pada pH < 8 (terbaik pada pH 3 atau 4). Sebagai indicator digunakan kanji yang merubah warna larutan yang mengandung iodine yang berwarna biru menjadi tidak berwarna. Untuk menentukan jumlah klor bebas (Cl2), iodine yang telah dibebaskan oleh klorin bebas tersebut dititrasi dengan larutan standar Natrium Tiosulfat (Na2S2O3). Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dari larutan.
c.       Reaksi
Cl2 + H2O = H+ + Cl- + HOCl
HOCl = OCl- + H+
OCl- + 2CH3COOH = Cl2 + 2H2O
Cl2 + 2 KI = 2KCl + I2
I2 + Kanji = Iod Kanji (Biru / ungu)
I2 + 2Na2S2O3 = Na2S4O6 + 2NaI
d.      Standar acuan
Standard Methods, APHA 4500-Cl-B-1998 Metde Pengujian Klorin Bebas.
e.       Bahan
·         Aquades
·         Asam Asetat Glasial
·         Asam Sulfat Pekat
·         Kalium Iodida
·         Larutan Iodin 0,01 N
·         Larutan Kanji / Indikator Amilunm
·         Lartan Natrium Tiosulfat 0,01 N
f.       Peralatan
·         Batang Pengaduk
·         Botol Semprot
·         Buret 50 ml
·         Cawan Petri
·         Corong
·         Filler
·         Gelas Kimia 50 ml
·         Gelas Ukur 100 ml
·         Kertas HVS
·         Kertas Indikator Universal
·         Labu Erlenmeyer 250 ml
·         Labbu Ukur 100 ml
·         Magnetic Stirrer
·         Neraca Analitik
·         Pipet Ukur
·         Spatula
·         Statif dan Klem
·         Strirer Bar
·         Tissue

g.      Persiapan Pengujian
1)   Pembuatan Larutan Baku Na2S2O3 0,01 N 250 ml
1.   Dilarutkan 0,6205 gr Na2S2O3.5H20 dengan aquades dalam labu ukur 250 ml.
2.   Ditetapkan kenormalan Na2S2O3 0,01 Ndengan larutan K2Cr2O7 0,01 N :
-       Dibuat Larutan K2Cr2O7 0,01 N : Larutkan 0,1226 gr K2Cr2O7 p.a (yang telah dikeringkan di oven 105º  selama 2 jam dan didinginkan di dalam desikator) dengan aquades dalam labu ukur 250 ml (catat penimbangan). Tambahkan aquades sampai tanda batas.
-       Diukur 80 ml aquades, tambahkan ke dalamnya 1 ml H2SO4 pekat dan 10 ml K2Cr2O7 dan 1 gr KI, kemudian aduk selama 6 menit. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 (catat volume yang digunakan). Hitung kenormalan larutan Na2S2O3 dengan rumus :
2)   Pembuatan larutan kanji 100 ml
1.      Dilarutkan 0,5 gr kanji dengan 100 ml aquades
2.      Dipanaskan sampai mendidih hingga larut
3)   Pembuatan larutan I2 0,01 N 250 ml
1.      Ditimbang 2,0-2,5 gr KI dengan 50 ml aquades bebas CO2 di dalam labu ukur 250 ml.
2.      Ditambahkan 0,32 gr I2 dan aquades bebas CO2 hingga tepat tanda batas.
3.      Ditetapkan kenormalan I2 :
-          Diukur 40 ml aquades dan masukan kedalam labu Erlenmeyer 250 ml, tambahkan masing-masing 0,5 ml larutan H2SO4 pekat dan 5 ml larutan I2.
-          Titrasi segera dengan larutan Na2S2O3 0,01 N sampai warna kuning.
-          Ditambahkan 1ml larutan kanji (warna larutan menjadi biru). Lanjutkan titrasi dengan tio sulfat sampai warna biru hilang.
-          Dicatat pemakaian larutan Na2S2O3 dan hitung normalitas larutan I2 dengan rumus :
V1 X N1 = V2 X N2
Keterangan :
V1 = volume larutan Iod yang dipipet (ml)
N1 = Normalitas larutan Iod yang di cari (N)
V2 = Volume larutan Na2S2O3 (ml)
N2 = Normalitas larutan Na2S2O3 (N)

4)   Preparasi sebelum titrasi
1.   Dimasukkan 100 ml sampel ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml, tutup dengan cawan petri (pengujian ini dilakukan secara duplo).
2.   Dimasukkan 4 ml asam asetat glacial atau secukupnya, yang bertujuan untuk menurunkan pH diantara 3,0 – 4,0
3.   Ditambahakan ± 1 gr KI, tutup dan aduk dengan stirrer bar (selama 6 menit). 
h.      Prosedur pengujian
1.   Dititrasi sampel dengan Na2S2O3 0,01 N samapi dengan warna kuning pucat (melepaskan iodine)
2.   Ditambahkan 1 ml larutan kanji (sampel akan berwarna biru) dan titrasi hingga warna biru hilang.
3.   Dilakukan titrasi blanko :
a.       Dimasukan 100 ml sampel kedalam labu Erlenmeyer 250 ml, tutup dengan cawan petri
b.      Dimasukan 4 ml asam asetat glacial atau secukupnya, yang bertujuan menurunkan pH diantara 3,0 dan 4,0
c.       Ditambahkan ± 1 gram KI, tutup dan aduk dengan stirrer bar (selama 6 menit)
d.      Ditambahkan 1 ml larutan kanji :
·         Jika berwarna biru, titrasi dengan Na2S2O3 0,01 N, harga B negatif.
·         Jika tidak berwarna biru, titrasi dengan I2 hingga berwarna biru, lalu titrasi dengan Na2S2O3 0.01 N, harga B positif.
·         Jika volume titran iodine > volume titran Na2S2O3, maka nilai B negatif.
i.        Perhitungan :
Hitung kadar Cl2 dengan rumus :
=
Keterangan :
A = ml larutan Na2S2O3 yang digunakan sampel
B = ml larutan Na2S2O3 yang digunakan blanko (positif atau negatif)
N = Nrmalitas larutan Na2S2O3


10.  SULFIDA
a.      Prosedur
1.      Masukkan 200ml contoh kedalam Erlenmeyer 500ml
2.      Tambahkan dari buret 5ml I2 0,02 N. Bilas dinding Erlenmeyer dengan aquades.
3.      Tambahkan 2 ml HCl 6 N lalu ditutup.
4.      Aduk selama 6 – 10 menit. Jika warna I2 tidak muncul tambahkan kembali 5 ml I2 0,025 N sehingga warna I2 muncul.
5.       Titrasi dengan Na2S2O3 0,025 N hingga warna kuning pucat.
6.      Tambahkan 100 ml amilum hingga terbentuk warna biru.
7.      Titrasi kembali dengan Na2S2O3 0,025 N hingga warna biru hilang.
8.      Cataa volume larutan Na2S2O3 0,025 N yang digunakan kemudian hitung kadar sulfidanya.
b.      Pereaksi
a.       Larutan I2 0,025 N
Volume pembuatan    : 250 ml
Waktu Kedaluarsa     : 1 bulan
Prosedur                     :
1.      Larutkan 5 – 6 gr KI dengan aquadest 25 ml dalam labu ukur 250 ml
2.      Tambahkan 0,8 gr I2, dan tanda bataskan dengan aquades
3.      Tetapkan kenormalan dengan tahap sebagai berikut :
·      Ukur 40 ml aquades dan masukan kedalam labu Erlenmeyer 250 ml, tambahkan masing – masing larutan asam sulfat pekat dan 5 ml larutan iod
·      Titrasi segera dengan larutan baku dengan larutan Na2S2O3 0,025 N sampai warna kuning
·      Tambahkan larutan indikator kanji hingga warna larutan menjadi biru. Lanjutkan titrasi dengan larutan tiosulfat sampai warna biru hilang
·      Cata pemakaian larutan baku Na2S2O3 dan hitung normalitas larutan iod dengan rumus :
V1 X NI = V2 X N2
Keterangan :
V1 = Volume larutan Iod yang dipipet (ml)
N1 = Normalitas larutan Iod yang dicari (N)
V2 = Volume larutan Na2S2O3 (ml)
N2 = Normalitas larutan Na2S2O3 (N)
b.      Larutan HCl 6 N
Volume Pembuatan    : 100 ml
 Waktu Kadaluarsa    : 1 bulan
Prosedur                     :
Encerkan 216 ml HCl pekat menjadi 360 ml dengan aquades
c.       Larutan Na2S2O3 0,025 N
Volume pembuatan    : 250 ml
Waktu kadaluarsa      : 1 bulan
Prosedur                     :
4.    Larutkan 1,5512 gram Na2S2O3.5H2O dengan 50 ml aquades bebas CO2 di dalam labu seukuran.
5.      Tambahkan 0,5 ml kloroform lalu tanda bataskan dengan aquades bebas CO2
6.      Tetapkan kenormalan larutan baku natrium tiosulfat 0,01 N dengan larutan K2Cr2O7  0,1 N
·         Buat larutan K2Cr2O7 0,025 N: larutkan 0,3065 g K2Cr2O7 p.a (yang telah dikeringkan di oven 105º  selama 2 jam dan didinginkan di dalam desikator) dengan aquades dalam labu ukur 250 ml (catat penimbangan). Tambahkan aquades sampai tanda batas.
·         Diukur 80 ml aquades, tambahkan ke dalamnya 1 ml H2SO4 pekat dan 10 ml K2Cr2O7 0,01 N dan 1 gr KI, kemudian aduk selama 6 menit. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01 N (catat volume yang digunakan). Hitung kenormalan larutan baku Na2S2O3 dengan rumus :




4.2  ANALISA MINERAL
4.2.1        Parameter Kimia  
1.      Pengujian Komposisi Unsur Utama
a.      Ruang Lingkup
Standar ini meliputi cara uji kimia komponen silikon dioksida, aluminium oksida, total besi (III) oksida, titan oksida, kalsium oksida, magnesium oksida, kalium oksida, natrium oksida, dan hilang pijar dalam contoh.
b.      Prinsip Kerja
Contoh dilebur dengan litiummetaborat (LiBO2) dalam cawan platina pada suhu 9500 – 9750 C dan hasil leburan dilarutkan dengan HNO3 (1:24). Unsur SiO2 ditetapkan secara gravimetri, unsur TiO2 ditetapkan secara spektrometri, unsur – unsur Al23, Fe2O3, CaO, MgO, K2O, dan Na2O ditetapkan secara spektrometri serapan atom.
c.       Standar Acuan
Standar Nasional Indonesia, SNI 13-3608-1994
d.      Bahan
1.      Litium methaborat bebas air
2.      Larutan asam nitrat 1 : 24
3.      Larutan Stronsium nitrat 3%
4.      Hidrogen Peroksida 3%
5.      Larutan standar untuk Al2O3, CaO, MgO, K2O, Na2O dan Fe2O3
6.      Asam Sulfat 1 : 1
7.      Asam fluorida pekat
8.      Asam Posfat pekat
e.       Peralatan
1.      Cawan Platina 50 mL
2.      Oven pengering maksimal 2200 C
3.      Tungku pemanas muffle furnace maksimal 12000 C
4.      Plat pemanas hot plate
5.      Instrumen AAS
6.      Pengaduk magnetic
7.      Badang pengaduk Teflon
8.      Labu ukur 100 dan 50 mL
9.      Gelas kimia Teflon 100 mL
10.  Pipet gondok 5, 10, 25, dan 50 mL
11.  Timbangan analitik dengan ketelitian 4 desimal
12.  Gelas kimia 200 mL atau 250 mL bentuk tinggi
f.       Prosedur
a.       Masukkan sejumlah contoh kedalam botol timbang dan panaskan pada suhu 1050-1100 C dalam oven pengering selama ± 2 jam.
b.      Dinginkan di dalam desikator vakum selama 20 sampai 25 menit.
c.       Timbang dengan teliti 200 mg contoh kedalam cawan platina yang sudah berisi 1 g litium methaborat bebas air, aduk dengan kawat platina sampai homogen. Bagian yang menempel pada kawat platina dibersihkan dengan kuas.
d.      Masukan kedalam tungku pemanas pada suhu 7000C. naikkan suhu perlahan – lahan dan atur regulatornya pada suhu  9500C – 9750C, dan biarkan contoh melebur pada suhu ini selama 10 sampai 15 menit.
e.       Keluarkan cawan platina dari dalam tungku dengan tang yang dilengkapi penjepit platina, sambil diputar supaya lelehan yang terbentuk merata dan menyerupai kaca.
f.       Dinginkan beberapa saat, cawan platina beserta isinya masukan kedalam gelas kimia tefln 100 mL, tambahkan 50 mL larutan HNO3  1 : 24.
g.      Larutkan lelehan contoh diatas pengaduk magnetic dengan menggunakan batang pengaduk teflon sebagai pengaduknya.
h.      Masukkan hasil pelarutan tadi kedalam labu ukur 100 mL, bagian yang menempel pada platina dan teflon dibilas dan dimasukkan kedalam labu ukur, impitkan sampai tanda batas dengan larutan asam nitrat 1 : 24.
i.        Kocok beberapa kali sampai larutan menjadi homgen.
·          Penentuan Kadar Silikon Dioksida (SiO) Total.
a.       Pipet 50 mL larutan pada g.h , masukkan kedalam gelas kimia 200 atau 250 mL bentuk tinggi.
b.      Tambahkan H2SO4 1:1 sebanyak 10 mL, uapkan di atas plat pemanas ( hot plate) sampai kering.
c.       Dinginkan dan tambahkan 5 mL H2SO4 1:1 dan air sebanyak ± 50 mL, panaskan sampai garam – garam yang terbentuk larut kembali, kecuali SiO2.
d.      Saring dengan kertas saring medium (whatman no. 40), cuci endapan dan kertas saring sampai bersih dengan air panas.
e.       Masukkan filtratnya kedalam labu ukur 100 mL untuk penetapan TiO2.
f.       Masukkan endapan dan kertas saringnya kedalam cawan platina 25 mL, panaskan perlahan – lahan sampai semua airnya menguap, bakar diatas nyala gas sampai terjadi arang dan abu, kemudian pijarkan dalam tungku pemanas pada suhu 10000C sampai terjadi pemijaran sempurna.
g.      Dinginkan dalam desikator vakum 15 – 20 menit, kemudian timbang.
h.      Basahkan residu dalam platina tadi dengan sedikit air, tambahkan 1 – 2 tetes  H2SO4 1:1 dan HF pekat (46%) secukupnya, uapkan sampaikering di atas plat pemanas, bakar dan pijarkan dalam tungku pemanas pada suhu 10000 C, selama ± 15 menit.
i.        Dinginkan dalam desikator vakum 15 – 20 menit dan timbang sampai bobot tetap.
j.        Perhitunga :
 

   Dimana fp adalah faktor pengenceran

·         Penentuan kadar Al2O3, Fe2O3 total, CaO, MgO, K2O, dan Na2O
a.       Pipet 5 – 20 mL pada g.h masukkan ke dalam labu ukur 50 mL atau 100 mL.
b.      Tambahkan larutan Stronsium Nitrat 3% sampai konsentrasi akhir 3000 ppm dan tambahkan larutan litium methaborat 1% sampai konsentrasi akhir 2000 ppm.
c.       Impitkan sampai tanda batas dengan larutan HNO3 1:24 dan kocok sampai homogen.
NO
Unsur yang diperiksa
Konsentrasi Lar. Standar ppm
Panjang Gelombang
nm
Gas Pembakar
Pengoksidasi
Jenis Nyala
1.
2.

3.
4.
5.
6.
Al2O3
Fe2O

CaO
MgO
K2O
Na2O
50 – 250
2 - 15
25 – 200
2 - 8
0,1 – 0,8
1 – 8
0,5 - 5

309,0
248,0
372,0
422,4
284,9
766,2
589,4
C2H2
C2H2
C2H2
C2H2
C2H2
C2H2
C2H2
N2O
Udara
Udara
N2O
Udara
Udara
Udara
Reduksi
Oksidasi
Oksidasi
Reduksi
Oksdasi
Oksidasi
Oksidasi

d.      Perhitungan :


2.      Penentuan Kadar Al2O3, dan Fe2O contoh lempung dengan volumetri
a.      Maksud dan Tujuan
Untuk menentukan kadar Al2O3 dan Fe2O3 contoh lempung dengan volumetric.

b.      Prinsip
Contoh lempung dilarutkan dengan salah satu cara sebagai berikut.
a)      Dengan peleburan Na2CO3/KNaCO­3
b)      Dengan pelarutan campuran HF dan H2SO4
Setelah contoh larut, kadar Al2O3 dan Fe2O3 ditentukan dengan cara volumetric.
Kadar Al2O3 ditentukan melalui pembentukan senyawa kompleks Al3+ dengan EDTA berlebih. Kelebihan EDTA dititrasi dengan larutan standar Zn2+, menggunakan indikator xylenol orange  sampai warna larutan berubah menjadi merah lembayung.
Kadar Fe2O3 ditentukan dengan titrasi memakai K2Cr2O7 dengan indikator Ba/Na difenilaminasulfonat sampai warna larutan berubah menjadi ungu.
c.       Standar Acuan
-          ISO 1169 – 1975 ( E ), Zinc Alloys – Determination Of Aluminium Content – Volumetric Method.
-          ISO 597 – 1973 ( E ), Determination Of Total Iron Content – Volumetric Method.
-          ISO/R 313 – 1963 ( E ), Methods Of Chemical Analysis Of Manganese Ore. Determination Of Total Iron Content.
-          ASTM , 1982 ANSI / ASTM ( 25 – 81 ), Standard Method Of Limestone, Quicklime and Hydrated Lime, Annual Book Of ASTM Standard, Part 13. Philadelphia; American Society of Testing and Material
-          SNI 13 – 3496 – 1994
d.      Prosedur
·         PENENTUAN KADAR Al2O3
1.      Peralatan
-          Gelas Kimia 1000 ml, 400 ml, 250 ml dan 100 mll
-          Pipet Volume (pipet gondok) 100, 50, 25 atau 10 ml
-          Pipet ukur 25 ml atau 10 ml
-          Corong tangkai panjang
-          Labu ukur 1000 ml dan 250 ml
-          Erlenmeyer 250 ml
-          Pelat pemanas
-          Buret 50 atau 25 ml
2.      Pereaksi
-          Hidrogen Peroksida (H2O2) 30 %
-          Ammonium Hidroksida (NH4OH) p.a
-          Asam Klorida (HCl) 2 N; encerkan 41,5 ml HCl p.a 37 % dengan aquades sampai 100 ml dalam gelas kimia 250 ml.
-          Natrium Hidriksida (NaOH) 2N; larutkan 8 gr NaOH dengan 100 ml aquades dalam gelas kimia 250 ml. Dinginkan, aduk sapai larut dan simpan dalam botol plastik.
-          Natrium Hidroksida (NaOH) 20 %; larutkan 20 gr NaOH dengan 100 ml aquades dalam gelas kimia 250 ml. Dinginkan, aduk sapai larut dan simpan dalam botol plastik.
-          Larutan Natrium Etilenadiamina Tetraasetat (EDTA) 0,01 M atau 0,02 M; timbang dengan teliti 3,7224 gr EDTA untuk 0,01 M atau 7, 4448 gr EDTA untuk larutn 0,02 M. Masukan kedalam labu ukur 1000 ml larutkan dengan aquades, kocok sampai larut, impitka sampai tanda batas, kemudian kocok sampai homogen.
-          Laruan Seng Sulfat (ZnSO4.2HO)  0,01 M; timbang dengan teliti 2, 8898 gr ZnSO4.2H2O. Masukan kedalam labu ukur 1000 ml larutkan dengan aquades, kocok sampai larut, impitka sampai tanda batas, kemudian kocok sampai homogen
-          Larutan Metil Merah 1 %; larutkan 1 gr metil merah dalam 100 ml alkohol absolut.
-          Xylnol orange (C31H28N2Na4O13S) 1 %; gerus campuran 1 gr Xylnol orange dengan 99 gr NaCl atau larutkan Xylnol orange  dengan 100 ml aquades.
-          Hexametillena Tetramina (C6H12N4) p.a
-          Larutan penyangga pH 5 – 5.5 ; larutkan 135 gr Na – asetat dalm 300 ml aquades, tambahka 13 ml asam asetat (CH3COOH) 17 N. Jadikan volume menjadi 500 ml dengan aquades, ukur dan atur pH larutan menjadi pH 5 – 5.5 dengan penambahan natrium asetat atau asam asetat
3.      Prosedur penentuan kadar Al2O3
a.       Pipet 10 ml sampai 25 ml larutan induk, masukan ke dalam gelas kimia 100 ml. Encerkan sampai kurang lebih 50 ml, tambahkan  beberapa tetes H2O2 . Panaskan sampai kelebihan H2O2 menguap;
b.      Tambahkan larutan NaOH 20 % berlebih atau endapan selai putih larut sempurna da kemudian panaskan kembali sampai mendidih. Saring larutan dengan memakai kertaas saring Whattman No. 41 atau yang sejenis, tampung larutan dalam erlenmeyer 250 ml, cuci gelas kimia dan endapan dengan larutan NaOH 0,2 % sampai bersih;
c.       Tambahkan larutan EDTA berlebih (A ml), tambahkan indikator metil merah, kemudian netralkan smpai warna berubah antara merah dan kuning;
d.      Tambahkan 25 ml larutan penyangga pH 5 – 5.5, tambahkan indikator xylenol orange, dan kurang lebih 50 mg hemetilena tetramina. Totrasi larutan dengan larutan Zn2+ sampai warna larutan berubah menjadi merah lembayung (B ml);
e.       Lakukan titrasi blanko (larutan EdTA) dengan larutan Zn2+ seperti pengerjaan diatas.
f.       Perhitungan
Kadar  Alumunium Oksida (Al2O3), % =    x 100
Keterangan :
A adalah volume EDTA yang ditambahkan (ml)
B adalah volume penitran (Zn2+) yang dipakai untuktitrasi kelebihan EDTA (ml)
M1 adalah normalitas EDTA
M2 adalah normalias Zn2+
Fp adalah faktor pengenceran
27 adalah berat atom Al
Fk adalah faktor kimia = 1,8889
W adalah berat contoh (mg)

·         PENENTUAN KADAR Fe2O3
1.      Peralatan
-          Pipet volume (pipet gondok) 100, 50, 25, atau 10 ml
-          Pipet ukur 25 atau 10 ml
-          Gelas Kimia 100 ml
-          Erlenmeyer 250 ml
-          Pelat Pemanas
-          Buret 50 ml atau 25 ml
-          Botol Pereaksi
2.      Pereaksi
-          Larutan Stano Klorida (SnCl2) 10 %; larutkan 10 gr SnCl2 dengan 20 ml HCl p.a, panaskan sampai larut, dinginkan, kemudian encerkan sampai menjadi 100 ml, simpan daam botol pereaksi berwarna gelap dan tambahkan beberapa butir logam Sn
-          Larutan merkuri klorida (HgCl2) 5 %; larutkan50 g HgCl2 dengan 1000 ml aquades, aduk sampai larut, simpan dalam botol perealsi
-          Larutan campuran asam sulfat (H2SO4) dan asam fosfat (H3PO4); campurkan 75 ml H3PO4 dan 150 ml larutan H2SO4 1:1, ke dalam gelas kimia 1000 ml yang telah berisi 350 ml aquades, aduk sampai homogen, simpan dalam botol pereaksi
-          Larutan barium / natrium difenilaminasulfonat (C6H5NHC6H4SO2Na) 1%; larutkan 1 gr barium / natrium difenilaminasulfonat dengan H2SO4 p.a, untuk garam barium atau aquades untuk garam natrium sampai volume 100 ml, simpan dalam botol tetes yang berwarna gelap
-          Larutan standar kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,05N; timbang dengan teliti 2,4517 gr K2Cr2O7 yang telah dikeringkan pada suhu 105° C sampai 110° C selama 1 jam, larutkan dengan aquades, masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml, impitkan sampai tanda batas kemudia kocok sampai homogen . 
3.      Prosedur
a)      Pipet 25 ml sampai 50 ml larutan induk yang diperoleh dari butir 5.1.3.b , masukkanke dalam erlenmeyer 250 ml , tambahkan 5 ml HCl p.a. , kemudian panaskan sampai hampir mendidih ;
b)      Tambahkan larutan SnCl2 10% tetes demi tetes sampai warna kuning hilang , tambahkan lagi 1 sampai dengan 2 tetes , kemudian dinginkan dalam air yang mengalir ;
c)      Tambahkan lebih kurang 10ml HgCl2 , kocok , biarkan lebih kurang 5 menit , tambahkan lebih kurang 10 ml larutan campuran H2SO4 dengan H3PO4 , dan beberapa tetes indikator barium/natrium difenilaminasulfonat ;
d)     Titrasi dengan larutan  K2Cr2O7 0,05 N sampai warna larutan berubah dari hijau menjadi kebiruan dan titik akhir menjadi warna ungu ( C ).
e)      Perhitungan
                  Kadar besi III oksida (Fe2O3 ) ,  x 100

              Keterangan :
              V adalah volume larutan K2Cr2O7 yang dipakai untuk titrasi dalam mililiter,
              N adalah normalitas larutan K2Cr2O7
              Fp adalah faktor pengenceran,
              Bst adalah berat setara Fe2O3 = 79,85 , dan
              W adalah berat contoh dalam miligram









1 komentar:

  1. merit casino | xn--o80b910a26eepc81il5g.online
    merlot gambler play worrione no deposit bonus free spins no deposit bonus spins หารายได้เสริม no deposit bonus free spins free spins free spins no deposit bonus free 메리트 카지노 고객센터 spins

    BalasHapus