BAB
IV
METODOLOGI
1.1 ANALISA
AIR
1.1.1
Parameter Fisik
1.
Daya Hantar Listrik (DHL)
a. Ruang
Lingkup
Metode ini meliputi cara uji daya hantar listrik (DHL)
air dan air limbah dengan menggunakan alat konduktimeter.
b.Standar Acuan
Standar Nasional Indonesia, SNI 06-6989.1-2004
c. Prinsip
Kerja
Daya hantar listrik diukur dengtan elektroda
koonduktimeter dengan menggunakan larutan kalium klorida, KCl sebagai larutan
baku pada suhu 250C.
d.Bahan
1. Air suling DHL < 1 µmhos/cm.
2. Larutan baku kalium kolrida, KCl 0,01 M
Larutkan 0,7456 g kalium klorida, KCl anhidrat yang
sudah dikeringkan pada suhu 1100C selama 2 jam dengan air suling dan
encerkan sampai volume 1000 mL. larutan ini pada suhu 250 C
mempunyai daya hantar listrik 1413 µmhos/cm.
3. Larutan baku kalium klorida, KCl 0,1 M
Larutkan 7,4560 g kalium klorida, KCl anhidrat yang
sudah dikeringkan pada suhu 1100C selama 2 jam dengan air suling dan
encerkan sampai volume 1000 mL. larutan ini pada suhu 250 C
mempunyai daya hantar listrik 12900 µmhos/cm.
4. Larutan baku kalium klorida 0,5 M
Larutkan 37,2800 g kalium klorida, KCl anhidrat yang
sudah dikeringkan pada suhu 1100C selama 2 jam dengan air suling dan
encerkan sampai volume 1000 mL. larutan ini pada suhu 250 C
mempunyai daya hantar listrik 58460 µmhos/cm.
e. Peralatan
1. Timbangan analitik
2. Konduktimeter
3. Labu ukur 1000 mL
4. Thermometer
5. Gelas kimia 100 mL
f. Kalibrasi
Alat
-
Cuci
elektroda dengan larutan KCl 0,01 M sebanyak 3 kali
-
Atur
suhu larutan KCl 0,01 M pada 250 C
-
Celupkan
elektroda ke dalam larutan KCl 0,01 M
-
Tekan
tombol kalibrasi
-
Atur
sampai menunjuk angka 1413 µmhos/cm (sesuai dengan instruksi kerja alat).
g. Prosedur
-
Bilas
elektroda dengan conth uji sebanyak 3 kali.
-
Celupkan
elektrda ke dalam contoh uji sampai knduktimeter menunjukan pembacaan yang
tetap.
-
Catat
hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan konduktimeter dan catat suhu
contoh uji
h.Pengendalian Mutu
-
Lakukan
analisis duplo untuk kontrol ketelitian analisis.
-
Jika
nilai RPD lebih besar dari 5% lakukan pengukuran ketiga.
-
Rumus
“Relative Percent Different” (RPD) :
Dengan pengertian :
X1 = nilai DHL pada pengukuran pertama
X2 = nilai DHL pada pengukuran kedua
2.
Padatan Tersuspensi Total (TSS)
a.
Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk menentukan residu
tersuspensi yang terdapat dalam contoh uji air dan air limbah secara
gravimetric. Metode ini tidak termasuk penentuan bahan yang mengapung, padatan
yang mudah menguap dan dekomposisi garam mineral.
b.
Standar Acuan
Standar Nasional Indonesia, SNI 06-6989.3-2004
c.
Prinsip Kerja
Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas
saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan
sampai mencapai berat konstan pada suhu 1030 C sampai dengan 1050C.
kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan
tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pri – pori
dsaringan peril diperbersar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh
estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan
total.
d.
Bahan
1. Kertas saring (glass-fiber filter) dengan beberapa
jenis :
a. Whatman Grade 934 AH, dengan ukuran pori (particle
Retention) 1,5 µm (standar for TSS in water analysis)
b. Gelman type A/E, denga ukuran pori (particle
retention) 1,0 µm (Standar filter for TSS/TDS testing in sanitary water
analysis procedures).
c. E-D scientific specialities grade 161 (VWR brand grade
161) dengan ukuran pori (particle retention) 1,1 µm (recommended for use ini
TSS/TDS testing in water and wastewater)
d. Saringan dengan ukuran pori 0,45 µm
2. Air suling
e.
Peralatan
1. Desikator yang berisi silica gel ;
2. Oven, untuk pengoperasian pada suhu 1030 C sampai dengan 1050
C;
3. Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg ;
4. Pengaduk magnetic ;
5. Pipet volum ;
6. Gelas ukur;
7. Cawan aluminium;
8. Cawan porselen/cawan Gooch;
9. Penjepit
10. Kaca arloji dan
11. Pompa vacuum
f.
Persiapan Pengujian
1. Persiapan kertas saring atau cawan gooch
a. Letakan kertas saring pada peralatan filtrasi. Pasang
vakum dan wadah pencuci dengan air suling berlebih 20 mL. lanjutkan penyedotan
untuk menghilangkan semua sisa air, matikan vakum, dan hentikan pencucian.
b. Pindahkan kertas saring dari peralatan filtrasi
kewadah timbang aluminium. Jika digunakan cawan gooch dapat langsung dikeringkan.
c. Keringkan dalam ov en
pada suhu 1030 C sampai dengan 1050 C selama 1 jam,
dinginkan dalam desikator kemudian timbang.
d. Ulangi langkah pada butir C sampai diperoleh berat
konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan
sebelumnya aatau lebih kecil dari 0,5 mg.
g.
Prosedur
a. Lakukan penyaringan dengan peralatan vakum. Basahi
saringan dengan sedikit air suling
b. Aduk contoh uji deengan pengaduk magnetic untuk
memperoleh contoh uji yang lebbih homgen.
c. Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu
contoh diaduk dengan pengaduk magnetik.
d. Cuci kertas saring atau saringan dengan 3 kali 10 mL
air suling, barkan kering sempurna, dan lanjutkan penyaringan dengan vakum
selama 3 menit agar diperoleh penyaringan sempurna. Contoh uji dengan padatan
terlarut yang tinggi memerlukan pencucian tambahan.
e. Pindahkan kertas saring secara hati – hati dari
peralatan penyaring dan pindahkan ke wadah timbang aluminium sebagai penyangga.
Jika digunakan cawan gooch pindahkan cawan dari rangkaian alatnya.
f. Keringkan dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu
1030 C sampai dengan 1050 C, dinginkan dalam desikator
untuk menyeimbangkan suhu dan timbang.
g. Ulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam
desikator, dan lakukan penimbangan sampai diperoleh berat konstan atau sampai
perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih
kesil dari 0,5 mg.
h.
Perhitungan
Dengan pengertian :
A adalah berat kertas saring + residu kering, mg ;
B adalah berat kertas saring, mg.
3.
Derajat keasaman (pH)
a.
Ruang Lingkup
Metode ini meliputi, cara uji derajat keasaman (pH)
air dan air limbah dengan menggunakan alat pH meter.
b.
Standar Acuan
Standar Nasinal Indonesia, SNI 06-6989.11-2004
c.
Prinsip Kerja
Metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktivitas
ion hydrogen secara potensiometri/elektrmetri dengan menggunakan pH meter.
d.
Bahan
1.
Larutan
penyangga (buffer)
Larutan penyangga 4, 7 dan 10 yang siap pakai dan
tersedia di pasaran, atau dapat juga dibuat dengan cara sebagai berikut :
a. Larutan penyangga, pH 4,004 (250 C).
Timbangkan 10,12 g kalium hydrogen ptalat, KHC8H4O4,
larutkan dama 1000 mL air suling.
b. Larutan penyangga, pH 6,863 (250 C).
Timbangkan 3,387 g kalium dihidrgen posfat, KH2PO4
dan 3,533 g dinatrium hydrogen posfat, Na2HPO4, larutkan
dalam 1000 mL air suling.
c. Larutan penyangga, pH 10,014 (250 C).
Timbangkan 2,092 g natrium hydrogen karbonat, NaHCO3
dan 2,640 g Natrium karbonat, Na2CO3, larutkan dalam 1000
mL air suling.
e.
Peralatan
1. pH meter dengan perlengkapannya ;
2. pengaduk gelas atau magnetic;
3. gelas kimia 250 mL;
4. kertas tissue;
5. timbangan analitik ; dan
6. termometer
4.1.2
Parameter
Kimia
1.
Pengujian Nitrit sebagai Nitrogen (NO2-N)
a. Maksud dan tujuan
Untuk mengetahui kadar nitrit dalam air atau air
limbah dengan metode spektrofotometri
b. Prinsip Kerja
Nitrit dalam suasana
asam pada pH 2,0 – 2,5 akan bereaksi dengan sulfanilamid (SA) dan N- (1-naphtyl)
ethylene diamine dihydrocloride (NED dihydrocloride) membentuk senyawa azo yang
berwarna merah keunguan. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya secara
spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum 543 nm.
c. Reaksi kimia
Asam
sulfanilat ditambah sampel hasil reduksi
SO3H SO3H
Asam
sulfanilat
Penambahan α –
naftilamin
NH2
SO3H α – naftilamin garam
diazo warna merah
d. Standar Acuan
Standar Nasional Indonesia, SNI 06-6989.9-2004
e. Bahan
1. Air suling bebas nitrit
2. Larutan Sulfanilamid
3. Larutan NED dihidroklorida
4. Larutan induk nitrit 0,06 ppm
f. Peralatan
1. Gelas kimia 50 mL, 100 mL
2. Pipet seukuran 25 mL dan 0,5 mL
3. Labu ukur 25 mL, 500 mL
4. Corong
5. Gelas ukur
6. Neraca analitik
7. Spektrofotometri
g.
Persiapan
Pengujian
1. Pembuatan Larutan Sulfanilamida
Larutkan 5 gram sulfanilamide dalam campuran 300 mL
air suling dan 50 mL HCl pekat. Encerkan dengan air suling sampai 500 mL.
2. Pembuatan Larutan NED Dihidroklorida
Larutkan 500 mg N- (1-naphtyl) ethylene diamine
dihydrocloride (NED dihydrocloride) dalam 500 mL air suling. Simpan dama botol
gelap dalam refrigerator. Ganti setiap bulan atau bila berwarna coklat.
3. Pembuatan Larutan induk nitrit 250 ppm NO2-N
Larutkan 1,232 gram NaNo2 dalam air suling
bebas nitrit dan tepatkan sampai 1000 mL. awetkan dengan 1 mL CHCl3.
4. Pembuatan Larutan Standar Nitrit NO2-N
-
Pipet
0,0 mL ; 1,0 mL; 2,0 mL; 5,0 mL;10,0 mL; 15,0 mL dan 20 mL larutan baku nitrit
0,5 mg/L masing maasing ke dalam labu ukur 50 mL.
-
Tambahkan
air suling sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh kadar nitrit NO2-N
0,0 mg/L; 0,01 mg/L; 0,02 mg/L; 0,05 mg/L, 0,10 mg/L; 0,15 mg/L, 0,20 mg/L
5. Pembuatan kurva kalibrasi
-
Optimalkan
spektrofotometri sesuai petunjuk penggunaan alat
-
Ke
dalam masing-masing 50 mL larutan kerja tambahkan 1 mL larutan sulfanilamide,
kocok dan biarkan 2 menit sampai dengan 8 menit.
-
Tambahkan
1 mL larutan NED dihidrocloride, kocok dan biarkan selama 10 menit dan segera
lakukan pengukuran absorbansi (pengukuran tidak boleh dilakukan lebih dari 2
jam)
-
Baca
masing – masing absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm
-
Buat
kurva kalibrasinya
h.
Prosedur
1. Pipet 50 mL contoh uji, masukan kedalam gelas kimia
200 mL
2. tambahkan 1 mL larutan sulfanilamide, kocok dan
biarkan 2 menit sampai dengan 8 menit.
3. Tambahkan 1 mL larutan NED dihidrocloride, kocok dan
biarkan selama 10 menit dan segera lakukan pengukuran absorbansi (pengukuran
tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam)
4. Baca masing – masing absorbansinya pada panjang
gelombang 543 nm.
i.
Perhitungan
1) Kadar Nitrit
-
Masukan
hasil pembacaan absorbansi contoh uji kedalam kurva kalibrasi
-
Kadar
nitrit adalah hasil pembacaan larutan konsentrasi contoh uji dari kurva
kalibrasi
2) Persen temu balik (%recovery)
Pembuatan Spike matrix :
a. 40 mL contoh uji ditambah 10 mL larutan baku NO2-N
0,5 mg/L
b. tambahkan 1 mL larutan sulfanilamide, kocok dan
biarkan 2 menit sampai dengan 8 menit.
c. Tambahkan 1 mL larutan NED dihidrocloride, kocok dan
biarkan selama 10 menit dan segera lakukan pengukuran absorbansi (pengukuran
tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam)
d. Baca masing – masing absorbansinya pada panjang
gelombang 543 nm.
Dengan pengertian :
E adalah kadar contoh uji yang di spike (mg/L)
F adalah kadar contoh uji yang tidak di spike (mg/L)
G adalah kadar standar yang ditambahkan (target value)
(mg/L)
Dengan
pengertian :
Y adalah volume larutan baku yang ditambah (mL)
Z adalah kadar larutan baku
V adalah volume akhir contoh uji yang di spike (mL)
2.
Pengujian Nitrat sebagai Nitrogen (NO3-N)
a. Maksud dan tujuan
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan kadar nitrat
(NO3-N) dalam air dan air limbah secara spektrofotometri.
b. Prinsip Kerja
Senyawa nitrat dalam contoh uji direduksi menjadi
nitrit oleh cadmium (cd) yang dilapisi dengan tembaga (cu) dalam suatu kolom.
Nitrit total yang terbentuk bereaksi dengan sulfanilamide dalam suasana asam
menghasilkan senyawa diazonium. Senyawa diazonium kemudian bereaksi dengan N-
(1-naphtyl) ethylene diamine dihydrocloride (NED) yang berwarna merah muda.
Senyawa Azo ini ekivalen dengan senyawa diazonium yang ekivalen dengan nitrit
total. Warna merah diukur diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang disekitar 543 nm.
Untuk menentukan nitrit dalam contoh uji dengan nitrit
yang berasal dari hasil reduksi nitrat dilakukan penetapan nitrit tanpa
melewatkan contoh uji pada kolom reduksi cadmium.
Kadar nitrat diperoleh dengan mengkoreksi hasil total
nitrit yang didapat dari hasil reduksi dengan hasil nitrit yang diperoleh tanpa
melewati kolom reduksi cadmium.
c. Reaksi kimia
Asam
sulfanilat ditambah sampel hasil reduksi :
d.
+ HNO2 + H2O
SO3H SO3H
Asam
sulfanilamin
Penambahan
α – naftilamin :
e.
+ HSO3 +
SO3H NH2 garam diazo warna merah
α
– naftilamin
d.
Standar Acuan
Standar Nasional Indonesia, SNI 6989.79:2011
f.
Bahan
1. Air bebas mineral
2. Serbuk kalium nitrat (KNO3)
3. Asam klorida (HCl) 6 N
4. Larutan tembaga sulfat (CuSO4) 2%
5. Butir cadmium tembaga
6. Larutan pekat ammonium klorida – etilendiamin tetra
asetat (NH4Cl-EDTA)
7. Larutan NH4Cl-EDTA
encer
8. Larutan pewarna
g. Peralatan
1.
Spektrofotometer
2.
Labu
ukur 50 mL, 100 mL, 1000 mL
3.
Pipet
volum 0,5 mL, 1 mL, 2 mL, 4 mL, 8 mL dan 10 mL
4.
Gelas
ukur 50 mL, 100 mL dan 200 mL
5.
Gelas
kimia 100 mL, 250 mL, 500 mL, dan 1000 mL
6.
Kolom
reduksi cadmium
7.
Botol
semprot
8.
Oven
9.
Desikator
h. Persiapan pengujian
1. Pembuatan larutan induk nitrat 100 mg/L
-
Keringkan
serbuk kalium nitrat (KNO3)dalam oven pada suhu 1050 C
selama 24 jam, kemudian dinginkan dalam desikator
-
Timbang
0,722 g kalium nitrat (KNO3), kemudian larutkan dengan 100 mL air
bebas mineral di dalam labu ukur 1000 mL
-
Tepatkan
sampai tanda tera
-
Awetkan
dengan menambahkan 2 mL CHCl3
2. Pembuatan larutan baku nitrat 10 mg/L
-
Pipet
100 mL larutan induk nitrat kedalam labu ukur 1000 mL
-
Tambahkan
air bebas mineral sampai tepat tanda tera
-
Awetkan
dengan menambahkan 2 mL CHCl3
3.
Pembuatan
dan uji efisiensi kolom reduksi
-
Masukan
glass wool ke bagian bawah kolom reduksi, lalu isi dengan air bebas mineral.
-
Masukan
butir Cd-Cu secukupnya sehingga panjang kolom 18,5 cm. jaga permukaan air
selalu lebih tinggi dari butir Cd-Cu untuk mencegah gelembung udara
terperangkap
-
Cuci
kolom dengan 200 mL larutan NH4Cl-EDTA
encer
-
Atur
kecepatan alir pada 7 – 10 mL/menit
-
Lakukan
uji efisiensi kolom dengan melewatkan sedikitnya 100 mL larutan campuran 1 : 3
standar 1,0 mg/Ldan larutan NH4Cl-EDTA pekat
-
Hitung
efisiensi kolom reduksi dengan cara melewatkan satu kadar larutan kerja NO3-N
lalu bandingkan kadar nitrit yang dihasilkan dengan menggunakan kurva kalibrasi
dengan larutan kerja NO2-N yang sama konsentrasinya. Jika efisiensi
kolom dibawah 75% aktifkan kembali butir Cd-Cu.
Keterangan
:
A
adalah kadar nitrit yang dihasilkan dari larutan standar nitrat yang direduksi
B
adalah kadar nitrit yyang dihasilkan dari larutan srandar nitrit
4.
Pembuatan
kurva kalibrasi
-
Optimalkan
alat uji spektrofotometri sesuai petunjuk penggunaan alat untuk pengujian kadar
nitrat
-
Kedalam
masing – masing larutan kerjatambahkan 75 mL larutan NH4Cl-EDTA pekat lalu kocok.
-
Lewatkan
larutan di atas kedalam kolom reduksi, atur kecepatan 7 – 10 mL/menit
-
Buang
25 mL tampungan pertama
-
Selanjutnya
tamping dalam labu
-
Ukur
50 mL larutan yang sudah direduksi dan masukan ke dalam Erlenmeyer 50 mL
-
Tambahkan
2 mL larutan pewarna dan kocok
-
Baca
absorbansinya dalam kisaran waktu antara 10 menit sampai 2 jam setelah penambahan
larutan pewarna
-
Buat
kurva kalibrasi dengan mengukur absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm dan
tentukan persamaan garis lurusnya.
-
Jika
koefisien korelasi regresi linier (r) lebih kecil dari 0,995, periksa
kondisi alat dan ulamgi langkah pembuatan
kurva kalibrasi sehingga diperoleh nilai koefisien r lebih dari 0,995
i. Prosedur kerja
-
Atur
pH contoh uji antara 7 – 9 dengan menambah HCl atau NaOH
-
Siapkan
25 mL contoh uji kedalam labu ukur 100 mL
-
tambahkan
75 mL larutan NH4Cl-EDTA
pekat lalu kocok.
-
Lewatkan
larutan di atas kedalam kolom reduksi, atur kecepatan 7 – 10 mL/menit
-
Buang
25 mL tampungan pertama
-
Selanjutnya
tamping dalam labu
-
Ukur
50 mL larutan yang sudah direduksi dan masukan ke dalam Erlenmeyer 50 mL
-
Tambahkan
2 mL larutan pewarna dan kocok
-
Baca
absorbansinya dalam kisaran waktu antara 10 menit sampai 2 jam setelah
penambahan larutan pewarna
-
Tentukan
kadar nitrit total dari kurva kalibrasi
j. Perhitungan
Kadar nitrat (mg NO3-N/L) = A – B
Keterangan
A
adalah kadar NO2-N dari kolom reduksi
B
adalah kadar NO2-N tanpa melewati kolom reduksi
3.
Pengujian Posfat sebagai Posfor
a.
Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui kadar
Posfat pada air / limbah dengan metode spektrofotometri.
b.
Prinsip Kerja
Dalam suasana asam,
amonium molibdat dan kalium antimonil tartrat bereaksi dengan ortofosfat
membentuk senyawa asam fosfomolibdat kemudian direduksi oleh asam askorbat
menjadi kompleks biru molibden.
c.
Reaksi
Kimia
d.
Standar
Acuan
Standar Nasional Indonesia, SNI
06-6989.31-2005 Metode Pengujian Posfat sebagai Posfor.
e.
Bahan
– bahan
1. Larutan
asam sulfat ( H2SO4 ) 5N
2. Larutan
kalium antimonil tartrat ( K(SbO)C4H4O6. ½ H2O )
3.
Larutan amonium molibdat
4. Larutan
asam askorbat, C6H8O6 0,1 M
5. Larutan
campuran
6.
Kalium dihidrogen fofat anhidrat (
KH2PO4 )
f. Peralatan
1. Spektrofotometer
2. Timbangan
analitik
3. Erlenmeyer
125 mL
4. Labu
ukur 100 mL; 250 mL dan 100 mL
5. Gelas
ukur 25 mL dan 50 mL
6. Pipet
ukur 10 mL
7. Pipet
volumetrik 2 mL; 5 mL; 10 mL; 20 mL dan 25 mL
8. Gelas
piala 1000 mL
9. Pipet
tetes
g.
Persiapan
Pengujian
a) Larutan
asam sulfat ( H2SO4 ) 5N
Masukkan dengan hati –
hati 70 mL asam sulfat pekat kedalam gelas piala yang berisi 300 mL air suling
dan diletakkan pada penangas es. Encerkan larutan dengan air suling sampai 500
mL dan dihomogenkan.
b) Larutan
kalium antimonil tartrat ( K(SbO)C4H4O6. ½ H2O )
Larutkan 1,3715 gram
kalium antimonil tartrat denagn 400 mL air suling dalam labu ukur 500 mL.
Kemudian tambahkan air suling hingga tepat tanda tera dan dihomogenkan.
c) Laruta
ammonium molibdat
Larutkan 20 gram
ammonium molibdat dalam 500 mL air suling dan dihomogenkan.
d) Larutan
asam askorbat C6H8O6 0.1 M
Larutkan 1,76 gram asam
askorbat dalam 100 mL air suling.
CATATAN : larutan ini
stabil selama 1 minggu pada suhu 40C
e) Larutan
campuran
Campurkan secara
berturut – turut 50 mL H2SO4 5N, 5 mL larutan kalium antimonil tartrat, 15 mL
larutan ammonium molibdat dan 30 mL larutan asam askorbat.
CATATAN :
v Bila
terbentuk warna biru, larutan campuran tidak dapat digunakan.
v Jika
terjadi kekeruhan pada larutan campuran, kocok dan biarkan beberapa menit
sampai hilang kekeruhannya sebelum digunakan.
v Larutan
campuran ini stabil selama 4 jam.
f) Pembuatan
larutan induk fosfat 500 mg P/L
Ø Larutkan
2,195 gram kalium dihidrogen fosfat anhidrat, KH2PO4 dengan 100 mL air suling
dalam labu ukur 100 mL.
Ø Tambahkan
air suling sampai tepat pada tanda tera dan dihomogenkan.
g) Pembuatan
larutan baku fosfat 10 mg P/L
Ø Pipet
2 mL larutan induk fosfat 500 mg P/L dan masukkan ke dalam labu ukur 100 mL
Ø Tambahkan
air suling sampai tepat pada tanda tera dan dihomogenkan.
h) Pembuatan
larutan kerja fosfat
Ø Pipet
0 mL; 5 mL; 10 mL; 20 ml dan 25 mL larutan baku fosfat yang mengandug 10 mg P/L
dan masukkan masing – masing kedalam labu ukur 250 mL.
Ø Tambahkan
air suling sampai tepat pada tanda tera kemudian dihomogenkan sehingga
diperoleh kadar fosfat 0,0 mg P/L; 0,2 mg P/L; 0,4 mg P/L; 0,8 mg P/L dan 1,0
mg P/L
i)
Pembuatan kurva kalibrasi
Ø Optimalkan
alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian kadar fosfat
Ø Pipet
50 mL larutan kerja dan masukkan masing – masing kedalam erlenmeyer
Ø Tambahkan
1 tetes indikator fenolftalin. Jika terbentuk warna merah muda, tambahkan tetes
demi tetes H2SO4 5N sampai warna hilang
Ø Tambahkan
8 mL larutan campuran dan dihomogenkan
Ø Masukkan
kedalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat serapannya pada
panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara 10 menit sampai 30 menit
Ø Buat
kurva kalibrasi dari data diatas atau tentukan persamaan garis lurusnya
h.
Prosedur
a) Pipet
50 mL contoh uji secara duplo dan masukkan masing – masing kedalam erlenmeyer
b) Tambahkan
1 tetes indikator fenolftalin. Jika terbentuk warna merah muda, tambahkan tetes
demi tetes H2SO4 5N sampai warna hilang
c) Tambahkan
8 mL larutan campuran dan dihomogenkan
d) Masukkan
kedalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat serapannnya pada
panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu dalam waktu antara 10 menit sampai
30 menit.
i.
Perhitungan
Kadar
fosfat ( mg P/L ) = C x fp
Dengan
pengertian:
C
adalah kadar yang didapat dari hasil pengukuran ( mg/L )
Fp
adalah faktor pengenceran.
4.
Pengujian
Klorida
a.
Maksud
dan Tujuan
Untuk menentukan kadar klorida dalam
air dengan metode argentometri
b.
Prinsip
kerja
Dalam
larutan netral atau sedikit basa, ion perak bereaksi secara kuantitatif dengan
ion klorida. Titrasi diakhiri dengan pembentukan perak kromat yang berwarna
merah hasil reaksi kelebihan ion perak dengan ion kromat.
c. Reaksi
kimia
Saat dititrasi oleh AgNO3:
Cl
+ AgNO3
→ AgCl
+ NO3
Putih
Di
tambahkan indikator :
K2CrO4
+ 2 AgNO3
→ Ag2CrO4
+ 2 KNO3
Merah
bata
d.
Standar
acuan
Standar
Nasional Indonesia, SNI 6989.19:2009 metode pengujian klorida dengan metode
Argentometri.
e.
Bahan
Ø Air
bebas mineral
Ø Larutan
baku natrium klrida (NaCl) 0,0141 N
Ø Larutan baku perak nitrat (AgNO3)
0,0141 N
Ø Larutan
indikator kalium kromat (K2CrO4) 5%
Ø Larutan
asam sulfat (H2SO4)
1N
Ø Larutan
natrium hidroksida (NaOH) 1 N
Ø Suspensi
alumunium hidroksida (Al(OH)3)
Ø Hidrogen
peroksida (H2O2) 30 %
f.
Peralatan
Ø Buret
50 mL atau alat titrasi lain yang setara
Ø Labu
Erlenmeyer 250 mL
Ø Labu
ukur 1000 mL
Ø pH
meter
Ø pipet
ukur 5 mL
Ø pipet
volumetrik 10 mL; 25 mL;50 mL;100 mL
Ø gelas
piala 2 L
Ø desikator
Ø oven
Ø timbangan
analitik dengan ketelitian 0,1 mg
g.
Persiapan
pengujian
1) Larutan
baku natrium klorida (NaCl) 0,0141 N
Larukan 824 mg NaCl,
yang telah dikeringkan pada 1400C selama 2 jam, dalam air bebas
mineral dan encerkan sampai 1000 mL. Larutan ini mempunyai kadar klorida 500 mg
Cl/L
2) Larutan
baku perak nitrat (AgNO3) 0,0141 N
Larutkan 2,395 gr AgNO3 dalam air bebas
mineral dan encerkan sampai 1000 mL. Bakukan dengan larutan NaCl 0,0141 N.
Simpan dalam botol berwarna coklat (gelap)
3) Larutan
indikator kalium kromat (K2CrO4) 5%
Larutkan 50 gr K2CrO4
dengan sedikit air bebas mineral
tambahkan larutan AgNO3 sampai terbentuk endapan merah yang jelas.
Biarkan selama 12 jam, saring dan encerkan dengan air bebas mineral sampai 1 L.
4) Larutan
asam sulfat (H2SO4) 1 N
Tambahkan 28 mL H2SO4
pekat sedikit demi sedikit ke dalam ±800 mL air bebas mineral sambil diaduk dan
diencerkan sampai 1 L.
5) Larutan
natrium hidroksida (NaOH) 1 N
Larutkan 40 gr NaOH
dalam air bebas mineral dan encerkan sampai 1 L
6) Suspensi
alumunium hidroksida (Al(OH)3)
Larutkan 125 gr
alumunium kalium sulfat atau alumunium amonium sulfat dalam 1 L air bebas
mineral. Panaskan sampai 600C dan tambahkan 55 mL NH4OH
pekat secara perlahan lahan sambil diaduk. Biarkan selama 1 jam pindahkan
kedalam botol dan cuci endapannya dengan air bebas mineral berturut-turut
dengan proses pengadukan dan dekatasi sehingga diperoleh volume suspensi ± 1 L.
7) Pembakuan
larutan AgNO3
-
Pipet 25 mL larutan baku NaCl 0,0141 N
masukan kedalam labu erlenmeyer 250 mL tambahkan air bebas mineral hingga
menjadi 100 mL
-
Tambahkan 1 mL larutan indikator K2CrO4
-
Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai terbentuk
warna kuning kemerahan seagai titik akhir,catat kebutuhan larutan AgNO3
-
Lakukan langkah A-C dengan menggunakan
air bebas mineral sebagai larutan blanko, catat
kebutuhan larutan AgNO3
-
Hitung normalitas larutan AgNO3
sebgai berikut :
Keterangan :
A adalah volume larutan
AgNO3 yang dibutuhkan untuk titrasi larutan NaCl (mL)
B adalah volume larutan
AgNO3 yang dibutuhkan untuk titrasi larutan blanko (mL)
N adalah normalitas
larutan NaCl
V adalah volume larutan
NaCl yang digunakan (mL)
h.
Prosedur
pengujian
a) Pipet
100 mL contoh uji atau sejumlah volume contoh uji yang telah diencerkan menjadi
100 mL, masukan kedalam labu Erlenmeyer 250 mL
b) Tambahkan
1 mL larutan indikator K2CrO4
c) Titrasi
dengan larutan AgNO3 sampai terbentuk warna kuning kemerahan sebagai
titik akhir, catat kebutuhan AgNO3
d) Lakukan
langkah A-C dengan menggunakan air bebas mineral sebagai larutan blanko,
catat kebutuhan larutan AgNO3
i.
Perhitungan
Kadar klorida (mg Cl-/
L)
Keterangan :
A adalah volume larutan AgNO3
yang dibutuhkan untuk titrasi larutan contoh uji (mL)
B adalah volume larutan AgNO3
yang dibutuhkan untuk titrasi larutan blanko (mL)
N adalah normalitas larutan AgNO3
V adalah volume larutan contoh uji yang
digunakan (mL)
f adalah faktor pengenceran
5. Pengujian
kesadahan sebagai CaCO3
a. Maksud
dan Tujuan
Untuk mengetahui kadar kesadahan sebagai CaCO3
dalam sampel aid an air limbah.
b. Prinsip
Kerja
Garam dinatrium etilen diamin tetra asetat (EDTA) akan
bereaksi dengan kation logam tertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang
larut. Pada pH 10 ± 0,1, ion – ion kalsium dan magnesium dalam sampel akan
bereaksi dengan indicator Eriochrome Black (EBT) dan membentuk larutan berwarna
merah keunguan. Jika Na2EDTA ditambahhkan sebagai titran maka ion –
ion kalsium dan magnesium akan membentuk senyawa kmpleks, molekul indicator
terlepas kembali dan pada titik akhir titrasi larutan akan berubah warna dari
merah keunguan menjadi biru. Dari cara ini akan didapat kesadahan total (Ca +
Mg).
Kalsium dapat ditentukan secara langsung dengan EDTA
bila pH contoh uji dibuat cukup tinggi (12 – 13), sehingga magnesium akan
mengendap sebagai magnesium hidroksida dan pada titik akhir titrasi indicator
EBT hanya akan bereaksi dengan kalsium saja membentuk larutan berwarna biru.
Dari cara ini akan didapat kadar kalsium dalam air (Ca).
Dari kedua cara tersebut dapat dihitung kadar
magnesium dengan cara mengurangkan hasil kesadahan total dengan kadar kalsium
yang diperoleh, yang dihitung sebagai CaCO3.
c. Reaksi
Kimia
d. Standar
Acuan
Standar
Nasional Indonesia, SNI 06-6989.12-2004
e. Bahan
1.
Indicator
mureksid
2.
Indicator
EBT (Erichrome Black Tea)
3.
Larutan
Natrium Hidroksida (NaOH) 1 N
4.
Larutan
penyangga pH 10 ± 0,1
5.
Bahan
pengomplek
6.
Larutan
Standar kalsium karbnat (CaCO3) 0,01 M (1 mg/mL)
7.
Larutan
baku dinatrium etilen diamin tetra asetat dihidrat (Na2EDTA.2H2O)
0,01 M
8.
Larutan
Na2EDTA ± 0,01 M
9.
Serbuk
Natrium Sianida
10. Air suling atau air bebas mineral yang mempunyai daya
hantar listrik (DHL) 0,5 µS/cm - 2µS/cm.
f. Peralatan
1. Buret 50 mL
2. Labu Erlenmeyer 250 dan 500 mL
3. Labu ukur 250 dan 1000 mL
4. Gelas ukur 100 mL
5. Pipet volum 10 dan 50 mL
6. Pipet ukur 10 mL
7. Gelas kimia 50, 250, dan 1000 mL
8. Sendok sungu
9. pH meter
10. batang pengaduk
11. pemanas listrik
12. timbangan analitik
13. kaca arloji
14. mortar dan stamfer
15. botl semprot
16. botol borosilikat
17. tutup asah
18. botol borosilikat tutup karet
g. Persiapan
Pengujian
a)
Indikator
murexid
·
Timbang
200 mg murexid dan 100 gr Kristal Natrium Clorida (NaCl) kemudian dicampur
·
Gerus
campuran tersebut hingga mempunyai ukuran 40 mesh sampai dengan 50 mesh
·
Simpan
dalam botol yang tertutup rapat
b)
Indikator
Eriochrome Black T (EBT)
·
Timbang
200 mg EBT dan 100 gr Kristal NaCl kemudian dicampur
·
Gerus
campuran tersebut hingga mempunyai ukuran 40 mesh sampai dengan 50 mesh
·
Simpan
dalam botol yang tertutup rapat
c)
Larutan
Natrium Hidrksida (NaOH) 1 N
·
Timbang
40 gr NaOH larutkan dengan 50 mL air suling
·
Encerkan
dengan air suling hingga volume menjadi 1000 mL
d)
Larutan
penyangga pH 10 ± 0,1
Ø
Cara
1
·
Larutkan
16,9 gr amonium klorida (NH4Cl) dalam 143 mL ammonium hidroksida
pekat
·
Tambahkan
1,25 gr magnesium etilen diamin tetra asetat (Mg-EDTA)
·
Encerkan
dengan air suling hingga volume 250 mL
Ø
Cara
2
·
Larutkan1,179
gr Na2EDTA dihidrat dan 780 mg magnesium sulfat penta hidrat ( MgSO4.7H2O)
atau 644 mg magnesium klorida heksa hidrat (MgCl2.6H2O)
dalam 50 mL air suling
·
Tambahkan
larutan tersebut kedalam 16,9 gr NH4Cl dan 143 mL NH4OH
pekat sambil dilakukan pengadukan
·
Encerkan
dengan air suling hingga volumenya 250 mL
e)
Bahan
pengomplek
untuk
contoh uji air yang mengandung ion-ion penggangu memerlukan bahan pengkomplek
untuk menghasilkan perubahan warna yang jelas dan tajam pada titik akhir
titrasi
·
Inhibitor
1
a)
Atur
keasaman contoh uji menjadi pH 6 atau lebih tinggi dengan menggunakan larutan
penyangga atau NaOH 0,1 N
b)
Tambahkan
250 mg serbuk natrium sianida
c)
Tambahkan
larutan penyangga secukupnya sampai pH-nya 10
·
Inhibitor
2
a)
Larutkan
5 gr natrium sulfide non anhidrat (Na2S.9H2O) atau 3,7 gr
Na2S.5H2O dalam 100 mL air suling.
b)
Simpan
dalam botol yang tertutup rapat dengan karet hindarkan agar tidak kontak dengan
udara
·
Mg-EDTA
Tambahkan
250 mg Mg-EDTA untuk setian 100 mL contoh uji dan kocok hingga larut sempurna sebelum
penambahan lartutan penyangga
f)
Larutan
standar kalsium karbonat CaCO3 0,01 M (mg/mL)
·
Timbang
1 gr CaCO3 anhidrat masukan kedalam labu Erlenmeyer 500 mL
·
Larutkan
dengan sedikit asam klorida 1:1 tambah dengan 200 mL air suling
·
Didihkan
beberapa menit untuk menghilangkan CO2 lalu dinginkan
·
Setelah
dingin tambahkan beberapa tetes indicator metyle merah
·
Tambahkan
NH4OH 3 M atau HCl 1:1 sampai terbentuk warna orange
·
Pindahkan
secara kuantitatif kedalam labu ukur 1000 mL kemudian tepatkan sampai tanda tera
g)
Larutan
baku dinatrium etilen diamin tetra asetat dihidrat( Na2EDTA.2H2O)
larutkan 3,723 gr Na2EDTA dihidrat dengan air suling didalam labu
ukur 1000 mL tepatkan sampai tanda tera
h)
Larutan
Na2EDTA 0,01 M
·
Pipet
10 mL larutan standar CaCO3 0,01 M masukan kedalam labu Erlenmeyer
250 mL
·
Tambahkan
40 mL air suling dan 1 mL larutan penyangga pH 10 ± 0,1
·
Tambahkan
seujung spatula 30 mg sampai dengan 50 mg indicator EBT
·
Titrasi
dengan larutan Na2EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna dari
merah keunguan menjadi biru
·
Catat
volume larutan Na2EDTA yang digunakan
·
Ulangi
titrasi tersebut 3 kali kemudian volume Na2EDTA yang digunakan
dirata-ratakan hitung nrmalitas larutan baku Na2EDTA dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Dengan pengertian:
MEDTA
adalah molaritas larutan baku Na2EDTA
(mmol/mL)
VEDTA
adalah volume rata-rata larutan baku Na2EDTA (mL)
VCaCO3
adalah volume rata-rata larutan CaCO3 yang digunakan (mL)
MCaCO3 adalah
molaritas larutan CaCO3 yang digunakan (mmol/mL)
h. Porsedur
1. Ambil 25 mL contoh uji secara duplo masukan kedalam
labu Erlenmeyer 250 mL encerkan dengan air suling sampai volume 50 mL
2. Tambahkan 1 mL sampai dengan 2 mL larutan penyangga
3. Tambahkan seujung spatula 30 mg sampai dengan 50 mg
indicator EBT
4. Lakukan titrasi dengan larutan Na2EDTA 0,01
M secara perlahan sampai terjadi perubahan warna merah keunguan menjadi biru
5. Catat volume larutan Na2EDTA apabila
larutan Na2EDTA yang dibutuhkan untuk titrasi lebih dari 15 mL
encerkan cntoh uji dengan air suling dan ulangi langkah 1-5
6. Ulangi titrasi tersebut hingga 2 kali kemudian
rata-ratakan volume Na2EDTA yang digunakan.
Jika spike matrix digunakan sebagai control mutu maka
lakukan dengan cara sebagai berikut :
-
Ambil
15 mL contoh uji ditambah 10 mL larutan standar CaCO3 0,01 M dan
encerkan dengan air suling hingga volumenya 50 mL, masukan kedalam Erlenmeyer
250 mL. lakukan langkah 2 sampai 5 diatas.
i.
Perhitungan
Pengertian
:
Vc.u
adalah volume larutan conth uji (mL);
V
EDTA (a) adalah volume rata – rata larutan baku Na2EDTA untuk
t5itrasi kesadahan total (mL);
M
EDTA adalah molartas larutan baku Na2EDTA untuk titrasi (mmol/mL);
V
EDTA (b) adalah volume rata – rata larutan baku Na2EDTA untuk
titrasi kalsium (mL).
j.
Persen
temu balik (% Recovery, %R)
Persen
temu balik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dengan
pengertian :
R
adalah recovery
A
adalah kadar contoh uji yang di spike (mg/L);
B
adalah kadar contoh uji yang tidak di spike (mg/L);
C
adala kadar standar yang diperoleh ( target value ), (mg/L).
Dimana,
Y adalah voluime standar yang ditambahkan (mL);
Z adalah kadar Ca yang ditambahkan (mg/L);
V adalah volume akhir (mL).
6.
Pengujian
Calsium ( Ca ) Metode Titrimetri
a.
Maksud dan Tujuan
Untuk menentukan kadar Calsium ( Ca ) dalam air dan
air llimbah dengan metode titrimetri
b.
Prinsip
Pada pH contoh uji cukup tinggi ( 12 – 13 ), magnesium
akan mengendap sebagai magnesium hidroksida maka EDTA hanya akan bereaksi
dengan Calsium. Pada awalanya indicator murexid bereaksi dengan ion Calsium
sehingga larutan berwarna merah muda. Pada titik akhir titrasi dengan EDTA,
indicator akan lepas kembali dan larutan menjadi warna ungu.
c.
Reaksi
d.
Standar Acuan
Standar Nasional Indonesia SNI.06-6989.13-2004 metode
titrimetri
e.
Bahan
1. Indikator murexid
2. Indicator Eriochrome Black T ( EBT )
3. Larutan Natrium Hidroksida ( NaOH )
4. Larutan penyangga pH 10 ± 0.1
5. Larutan standar Calsium karbonat ( CaCO3 )
0,01 M
6. Larutan baku dinatrium etilen diamin tetra asetat
dihidrta ( Na2EDTA . 2H2O )0,01 M
7. Serbuk kalium sianida ( KCN )
8. Air suling atau air bebas mineral yang mempunyai Daya
Hantar Listrik ( DHL ) 0,5 µS/ cm – 2 µS / cm.
f.
Peralatan
1. Buret 50 mL
2. Labu Erlenmeyer 250 mL dan 500 mL
3. Labu ukur 250 mL dan 1000 mL
4. Gelas ukur 100 mL
5. Pipet volume 10 mL dan 50 mL
6. Pipet ukur 100 mL
7. Gelas kimia 50 mL; 250 mL dan1000 mL
8. Spatula
9. Alat pengukur pH
10. Batang pengaduk
11. Pemanas listrik
12. Timbangan analitik
13. Kaca arloji
14. Mortar dan alu
15. Botol borosilikat tutup asah
16. Botol borosilikat tutup karet
g.
Persiapan Pengujian
1. Indicator murexid
·
Timbang
200 mg murexid dan 100 gram NaCl, kemudian dicampur.
·
Gerus
campuran tersebut hingga mempunyai ukuran 40 mesh – 50 mesh.
·
Simpan
dalam botol yang tertutup rapat
2.
Indikator
Eriochrome Black T (EBT)
·
Timbang
200 mg EBT dan 100 gr Kristal NaCl kemudian dicampur
·
Gerus
campuran tersebut hingga mempunyai ukuran 40 mesh sampai dengan 50 mesh
·
Simpan
dalam botol yang tertutup rapat
3.
Larutan
Natrium Hidrksida (NaOH) 1 N
·
Timbang
40 gr NaOH larutkan dengan 50 mL air suling
·
Encerkan
dengan air suling hingga volume menjadi 1000 mL
4.
Larutan
penyangga pH 10 ± 0,1
·
Cara
1
·
Larutkan
16,9 gr amonium klorida (NH4Cl) dalam 143 mL ammonium hidroksida
pekat
·
Tambahkan
1,25 gr magnesium etilen diamin tetra asetat (Mg-EDTA)
·
Encerkan
dengan air suling hingga volume 250 mL
·
Cara
2
·
Larutkan1,179
gr Na2EDTA dihidrat dan 780 mg magnesium sulfat penta hidrat ( MgSO4.7H2O)
atau 644 mg magnesium klorida heksa hidrat (MgCl2.6H2O)
dalam 50 mL air suling
·
Tambahkan
larutan tersebut kedalam 16,9 gr NH4Cl dan 143 mL NH4OH
pekat sambil dilakukan pengadukan
·
Encerkan
dengan air suling hingga volumenya 250 mL
5.
Larutan
standar kalsium karbonat CaCO3 0,01 M (mg/mL)
·
Timbang
1 gr CaCO3 anhidrat masukan kedalam labu Erlenmeyer 500 mL
·
Larutkan
dengan sedikit asam klorida 1:1 tambah dengan 200 mL air suling
·
Didihkan
beberapa menit untuk menghilangkan CO2 lalu dinginkan
·
Setelah
dingin tambahkan beberapa tetes indicator metyle merah
·
Tambahkan
NH4OH 3 M atau HCl 1:1 sampai terbentuk warna orange
·
Pindahkan
secara kuantitatif kedalam labu ukur 1000 mL kemudian tepatkan sampai tanda
tera
6.
Larutan
baku dinatrium etilen diamin tetra asetat dihidrat( Na2EDTA.2H2O)
larutkan 3,723 gr Na2EDTA dihidrat dengan air suling didalam labu
ukur 1000 mL tepatkan sampai tanda tera
7. Pembakuan larutan Na2EDTA ± 0,01 M
·
Pipet
10 mL larutan standar CaCO3 0,01 M, masukkan kedalam labu Erlenmeyer
250 mL
·
Tambahkan
40 mL air suling dan 1 mL larutan penyangga pH
10 ± 0,1
·
Tambahkan
seujung spatula 30 mg – 50 mg indicator EBT
·
Titrasi
dengan larutan Na2EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna dari
merah keunguan menjadi biru
·
Catat
volume larutan Na2EDTA yang digunakan
·
Ulangi
titrasi tersebut 3 kali, kemudian volume Na2EDTA yang digunakan
dirata – ratakan
·
Hitung
mlaritas larutan baku Na2EDTA dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Dengan pengertian:
·
MEDTA
adalah molaritas larutan baku Na2EDTA
(mmol/mL)
·
VEDTA
adalah volume rata-rata larutan baku Na2EDTA (mL)
·
VCaCO3
adalah volume rata-rata larutan CaCO3 yang digunakan (mL)
·
MCaCO3
adalah molaritas larutan CaCO3 yang digunakan (mmol/mL)
h.
Prosedur
1. Ambil 50 mL contoh uji secara duplo, masukkan kedalam
labu Erlenmeyer 250 mL
2. Tambahkan 2 mL laruitan NaOH 1 N ( secukupnya ) sampai
dicapai pH 12 – 13
3. Apabila contoh uji keruh, tambahkan 1 mL – 2 mL
larutan KCN 10 %
4. Tambahkan seujung spatula atau setara dengan 30 mg –
50 mg indicator murexid.
5. Lakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA
0,01 M sampai terjadi perubahan warna merah muda menjadi ungu
6. Catat volume larutan baku Na2EDTA yang
digunakan
7. Apabila larutan Na2EDTA yang dibutuhkan
untuk titrasi lebih dari 15 mL encerkan contoh uji dengan air suling dan ulangi
langkah 1 – 6 diatas
8. Ulangi titrasi tersebut 2 kali, kemudian volume Na2EDTA
yang digunakan dirata – ratakan
9. Jika spike
matrix digunakan sebagai control
mutu lakukan dengan cara sebagai berikut :
Ambil 15 mL contoh uji, tambahkan 10 mL larutan
standar Kalsium Karbonat 0,01 M dan encerkan dengan air suling hingga volumenya
50 mL, masukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL. lakukan langkah dari 2 – 8 diatas
i.
Perhitungan
1. Kadar kalsium Ca
Dengan
pengertian :
Vc.u
adalah volume larutan contoh uji ( mL )
VEDTA adalah
volume rata – rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi kesadahan
total ( mL )
MEDTA adalah
molaritas larutanh baku Na2EDTA untuk titrasi ( mmol/mL )
VEDTA adalah
volume rata – rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi kalsium ( mL )
Persen temu balik
(% Recovery, %R)
Persen
temu balik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dengan
pengertian :
R
adalah recovery
A
adalah kadar contoh uji yang di spike (mg/L);
B
adalah kadar contoh uji yang tidak di spike (mg/L);
C
adala kadar standar yang diperoleh ( target value ), (mg/L).
Dimana,
Y adalah voluime standar yang ditambahkan (mL);
Z adalah kadar Ca yang ditambahkan (mg/L);
V adalah volume akhir (mL).
7. Pengujian
COD / KOK
a. Maksud
dan tujuan
Untuk menentukan kebutuhan oksigen dalam air
b. Prinsip
Kerja
Sebagian besar zat organic melalui tes COD ini
dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7 dalam keadaan
asam yang mendidih. Selama reaksi berlangsung ± 2 jam ini, uap refluks dengan
alat reactor agar zat organic volatile tidak keluar. Perak sulfat (Ag2SO4)
ditambahkan sebagai katalisatoruntuk mempercepat reaksi. Sedangkan Hg2SO4
ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida yang pada umumnya berada di
dalam air buangan. Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organic habis
teroksidasi, maka zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih
harus tersisa setelah direfluks. K2Cr2O7 yang
tersisa di dalam larutan tersebut digunakan untuk menentukan berapa ksigen yang
telah dipakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut
ditentukanmelalui titrasi dengan Ferro Ammnium Sulfat (FAS). Indicator feroin
digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu disaat warna hijau biru
berubah menjadi coklat merah. Sisa K2Cr2O7 dalam
larutan blanko tidak mengandung zat organik yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7.
c. Reaksi
Kimia
( warna kuning ) Ag2SO4
( warna hijau )
d. Standar
Acuan
Standard Methods for the Examination of water and
wastewater
e. Bahan
1.
Larutan
K2Cr2O7 – HgSO4 (Larutan 1)
2.
Larutan
H2SO4 – AgSO4 (larutan II)
3.
Larutan
FAS 0,025 M
4.
Indikatr
ferroin
f.
Peralatan
1.
Erlenmeyer
125 mL
2.
Buret
50 mL
3.
KOK
Reactor
4.
Tabung
reaksi
5.
Pipet
tetes
6.
Gelas
ukur 100 mL; 500 mL;
7.
Labu
ukur 25 mL; 100 mL; 1000 mL
8.
Batang
pengaduk
9.
Pipet
volume 3 mL; 5 mL; 10 mL
10. Neraca analitik
g. Persiapan
Pengujian
1.
Pembuatan
larutan K2Cr2O7 – HgSO4 (Larutan I)
-
Larutkan
2,4515 g K2Cr2O7 (yang telah dikeringkan di oven ± 1050
C cselama 2 jam dan didinginkan di dalam desikator selama 5 menit) dengan
aquades dalam labu ukur 500 mL
-
Tambahkan
83,5 mL H2SO4 pekat secara perlahan – lahan
-
Tambahkan
16,65 g HgSO4 dan aduk rata
-
Tambahkan
aquades hingga tanda batas
2.
Pembuatan
larutan H2SO4 – AgSO4
(larutan II)
-
Larutkan
10,2 gram Ag2SO4 dalam 1000 mL H2SO4 pekat
-
Aduk
dan biarkan selama 2 hari hingga semua AgSO4 larut
3.
Pembuatan
larutan FAS 0,025 M
-
Larutkan
9,8 g Fe(NH4)2(SO4)2 dengan 200 mL
aquades dalam labu ukur 1000 mL
-
Tambahkan
20 mL H2SO4 pekat secara perlahan – lahan
-
Tambahkan
aquades hingga tanda batas
-
Tetapkan
kenormalan larutan baku FAS dengan larutan K2Cr2O7 0,025 N dengan cara :
·
Buat
larutan K2Cr2O7 0,025 N : larutkan K2Cr2O7
p.a (yang telah dikeringkan di oven ± 1050 C selama 2 jam dan
didinginkan di dalam desikator selama 5 menit) dengan aquades dalam labu ukur
100 mL (catat penimbangan). Tambahkan aquades hingga tanda batas.
·
Pipet
10,00 mL larutan K2Cr2O7 dan tambahkan 3 mL
asam sulfat pekat, kemudian dinginkan. Tambahkan 3 tetes indicator feroin.
Titrasi dengan larutan baku FAS hingga terjadi perubahan warna dari hijau
kebiru – biruan menjadi jingga kemerahan. (catat vlume pemakaian). Hitung
kenormalan larutan baku FAS dengan :
4.
Pembuatan
Indikator ferroin
-
Larutkan
0,7425 g fenantrolin monhydrat dan 0,3475 g FeSO4.7H2O
dengan aquades dalam labu ukur 50 mL
-
Aduk
hingga benar – benar larut
-
Tambahkan
aquades hingga tanda batas
-
Simpan
indicator dalam lemari es
h. Prosedur
Kerja
1.
Ukur
3 mL contoh uji dan masukkan ke dalam tabung KOK kering yang sebelumnya telah
direndam dengan H2SO4 20% dan dibilas dengan aquades
2.
Tambahkan
1.8 m L larutan K2Cr2O7-HgSO4
(larutan I) menggunakan buret
3.
Tambahkan
4.2 mL larutan H2SO4-AgSO4 (larutan II) secara
perlahan-lahan tutup rapat dan kocok hati-hati
4.
Masukkan
ke dalam KOK reactor yang telah dipanaskan pada 150ºC, refluks selama 2 jam
5.
Dinginkan
dan pindahkan ke dalam labu Erlenmeyer 100 mL (Bilas tabung dan tutup hingga
semua conth uji masuk ke dalam labu Erlenmeyer)
6.
Tambahkan
3 tetes indicator feroin
7.
Titrasi
contoh dengan larutan FAS 0,025 M hingga terjadi perubahan warna dari biru
kehijauan menjadi merah kecoklatan
8.
Catat
volume larutan FAS yang digunakan, kemudian hitung kadar KOK
9.
Lakukan
pengenceran yang sama untuk blanko dan IQC
i.
Perhitungan
Kadar KOK dalam contoh air:
Keterangan:
A
= mL larutan FAS yang digunakan blanko
B
= mL larutan FAS yang digunakan contoh
M
= molaritas larutan FAS
8.
Pengujian
kadar Sulfat
a.
Maksud
dan tujuan
Untuk
penentuan kadar kadar sulfat ( SO4-2 ) dalam air dan air
limbah secara turbidimetri.
b.
Prinsip
kerja
Ion
sulfat ( SO4-2 ) dalam suasan asam bereaksi dengan barium
klorida (BaCl2) membentuk kristal barium sulfat ( BaSO4 )
yang serba sama. Sinar yang diserap oleh suspensi barium sulfat diukur dengan
fotometer dan kadar sulfat dihitung secara perbandingan pembacaan dengan kurva
kalibrasi.
c.
Standar
acuan
SNI 6989.20:2009
d.
Reaksi
kimia
e.
Bahan
1.
Air bebas mineral
2.
Kertas saring
3.
Barium klorida kristal
4.
Larutan baku sulfat 100 mg SO4-2
/ L ( 1 mL = 100 µg SO4-2 )
5.
Larutan buffer A
6.
Larutan buffer B
f.
Peralatan
1.
Spektrofotometer
2.
Labu ukur 100 mL dan 1000 mL
3.
Pipet volumetric 5 mL; 10 mL; 15 mL; 20
mL; 25 mL dan 50 mL
4.
Labu erlenmeyer 250 mL atau gelas kimia
250 mL
5.
Stopwatch
6.
Alat pengaduk mekanis
7.
Sendok penakar kapasitas 0,2 mL samapai
0,3 mL
8.
Timbangan analitik dengan ketelitia 0,1
mg
g.
Persiapan
pengujian
1.
Larutan baku sulfat 100 mg
Larutkan 0.1479 gram
natrium sulfat ( Na2SO4) anhidrat dalam air bebas mineral
dan encerkan sampai 1000 mL.
2.
Larutan buffer A
Larutkan 30 gram
magnesium klorida heksahidrat ( MgCl2. 6H2O ), 5 gram
natrium asetat trihidrat ( CH3COONa.3H2O ), 1 gram
kalium nitrat ( KNO3 ), dan
20 mL asam asetat pekat ( CH3COOH 99% ) dalam 500 mL air bebas
mineral dan tepatkan sampai 1000
mL.
3.
Larutan buffer B
Larutkan 30 gram
magnesium klorida heksahidrat ( MgCl2.6H2O ), 5 gram
natrium asetat trihidrat ( CH3COONa.3H2O ), 1 gram
kalium nitrat ( KNO3 ), 0.111
gram natrium sulfat anhidrat dan 20 mL asam asetat pekat ( CH3COOH
99% ) dalam 500 mL air bebas mineral dan tepatkan sampai 100 mL.
4.
Pembuatan kurva kalibrasi
Ø Operasionalkan
dan optimalkan spektrofotometera atau turbidimeter sesuai dengan petunjuk
penggunaa alat
Ø Pindahkan
masing – masing 100 mL larutan kerja keadalam labu Erlenmeyer 250 mL atau gelas
kimia 250 mL
Ø Tambahkan
20 mL larutan buffer A, aduk dengan alat pengauk pada kecepatan konstan. Selama
pengadukan tambahkan 1 sendok takar kristal BaCl2, pengadukan
diteruskan selama 60 ± 2 detik terhitung dari penambahan BaCl2
Ø Ukur
serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm atau ukur
turbiditasnya dengan turbidimeter pada waktu 5 ± 0.5 menit
Ø Buat
kurva kalibrasinya atau tentukan persamaan garis regensinya.
h.
Prosedur
1.
Pipet 100 mL contoh uji atau sejumlah
contoh uji yang telah diencerkan menjadi 100 mL, masukkan kedalam labu
erlenmeyer 250 mL atau gelas kimia 250 mL.
2.
Ambahkan 20 mL larutan buffer A, aduk
dengan alat pengaduk pada kecepatan konstan. Selama pengadukan tambahkan 1
sendok takar kristal BaCl2, pengadukan diteruskan selama 60 ± 2
detik terhitung dari penambahan BaCl2
3.
Ukur serapannya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 420 nm atau ukur turbiditasnya dengan turbidimeter pada
waktu 5 ± 0.5 menit
4.
Catat serapannya atau turbiditasnya
i.
Perhitungan
Kadar sulfat ( mg SO4-2
/ L ) = c x f
Keterangan :
C adalah kadar sulfat
yang diperoleh dari kurva kalibrasi ( mg/L )
F adalah faktor
pengenceran.
9. Pengujian
Klorin Bebas Sebagai Cl2
a. Maksud
dan Tujuan
Menentukan kadar klor bebas (Cl2) dalm sample air, sehingga
dapat diketahui kualitas air tersebut.
b. Prinsip
Kerja
Klorin bebas akan membebaskan iodine (I2) dari larutan Kalium
Iodida (KI) pada pH < 8 (terbaik pada pH 3 atau 4). Sebagai indicator
digunakan kanji yang merubah warna larutan yang mengandung iodine yang berwarna
biru menjadi tidak berwarna. Untuk menentukan jumlah klor bebas (Cl2),
iodine yang telah dibebaskan oleh klorin bebas tersebut dititrasi dengan
larutan standar Natrium Tiosulfat (Na2S2O3).
Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dari larutan.
c. Reaksi
Cl2 + H2O = H+ + Cl- + HOCl
HOCl = OCl- + H+
OCl- + 2CH3COOH = Cl2 + 2H2O
Cl2 + 2 KI = 2KCl + I2
I2 + Kanji = Iod Kanji (Biru / ungu)
I2 + 2Na2S2O3 = Na2S4O6
+ 2NaI
d. Standar
acuan
Standard Methods, APHA 4500-Cl-B-1998 Metde Pengujian Klorin Bebas.
e. Bahan
·
Aquades
·
Asam
Asetat Glasial
·
Asam
Sulfat Pekat
·
Kalium
Iodida
·
Larutan
Iodin 0,01 N
·
Larutan
Kanji / Indikator Amilunm
·
Lartan
Natrium Tiosulfat 0,01 N
f. Peralatan
·
Batang
Pengaduk
·
Botol
Semprot
·
Buret
50 ml
·
Cawan
Petri
·
Corong
·
Filler
·
Gelas
Kimia 50 ml
·
Gelas
Ukur 100 ml
·
Kertas
HVS
·
Kertas
Indikator Universal
·
Labu
Erlenmeyer 250 ml
·
Labbu
Ukur 100 ml
·
Magnetic
Stirrer
·
Neraca
Analitik
·
Pipet
Ukur
·
Spatula
·
Statif
dan Klem
·
Strirer
Bar
·
Tissue
g. Persiapan
Pengujian
1) Pembuatan
Larutan Baku Na2S2O3 0,01 N 250 ml
1.
Dilarutkan
0,6205 gr Na2S2O3.5H20 dengan
aquades dalam labu ukur 250 ml.
2.
Ditetapkan
kenormalan Na2S2O3 0,01 Ndengan larutan K2Cr2O7
0,01 N :
- Dibuat Larutan K2Cr2O7
0,01 N : Larutkan 0,1226 gr K2Cr2O7 p.a (yang telah
dikeringkan di oven 105º selama 2 jam
dan didinginkan di dalam desikator) dengan aquades dalam labu ukur 250 ml
(catat penimbangan). Tambahkan aquades sampai tanda batas.
- Diukur 80 ml aquades, tambahkan ke dalamnya 1 ml H2SO4
pekat dan 10 ml K2Cr2O7 dan 1 gr KI, kemudian
aduk selama 6 menit. Titrasi dengan larutan Na2S2O3
(catat volume yang digunakan). Hitung kenormalan larutan Na2S2O3
dengan rumus :
2) Pembuatan
larutan kanji 100 ml
1.
Dilarutkan
0,5 gr kanji dengan 100 ml aquades
2.
Dipanaskan
sampai mendidih hingga larut
3)
Pembuatan larutan I2 0,01 N 250 ml
1.
Ditimbang
2,0-2,5 gr KI dengan 50 ml aquades bebas CO2 di dalam labu ukur 250
ml.
2.
Ditambahkan
0,32 gr I2 dan aquades bebas CO2 hingga tepat tanda
batas.
3.
Ditetapkan
kenormalan I2 :
-
Diukur
40 ml aquades dan masukan kedalam labu Erlenmeyer 250 ml, tambahkan
masing-masing 0,5 ml larutan H2SO4 pekat dan 5 ml larutan
I2.
-
Titrasi
segera dengan larutan Na2S2O3 0,01 N sampai
warna kuning.
-
Ditambahkan
1ml larutan kanji (warna larutan menjadi biru). Lanjutkan titrasi dengan tio
sulfat sampai warna biru hilang.
-
Dicatat
pemakaian larutan Na2S2O3 dan hitung
normalitas larutan I2 dengan rumus :
V1 X N1 = V2 X N2
Keterangan :
V1 = volume larutan Iod yang dipipet (ml)
N1 = Normalitas larutan Iod yang di cari (N)
V2 = Volume larutan Na2S2O3
(ml)
N2 = Normalitas larutan Na2S2O3
(N)
4)
Preparasi sebelum titrasi
1. Dimasukkan 100 ml sampel ke dalam labu Erlenmeyer 250
ml, tutup dengan cawan petri (pengujian ini dilakukan secara duplo).
2. Dimasukkan 4 ml asam asetat glacial atau secukupnya,
yang bertujuan untuk menurunkan pH diantara 3,0 – 4,0
3.
Ditambahakan
± 1 gr KI, tutup dan aduk dengan stirrer bar (selama 6 menit).
h. Prosedur
pengujian
1.
Dititrasi
sampel dengan Na2S2O3 0,01 N samapi dengan
warna kuning pucat (melepaskan iodine)
2.
Ditambahkan
1 ml larutan kanji (sampel akan berwarna biru) dan titrasi hingga warna biru hilang.
3.
Dilakukan
titrasi blanko :
a.
Dimasukan
100 ml sampel kedalam labu Erlenmeyer 250 ml, tutup dengan cawan petri
b.
Dimasukan
4 ml asam asetat glacial atau secukupnya, yang bertujuan menurunkan pH diantara
3,0 dan 4,0
c.
Ditambahkan
± 1 gram KI, tutup dan aduk dengan stirrer bar (selama 6 menit)
d.
Ditambahkan
1 ml larutan kanji :
·
Jika
berwarna biru, titrasi dengan Na2S2O3 0,01 N,
harga B negatif.
·
Jika
tidak berwarna biru, titrasi dengan I2 hingga berwarna biru, lalu
titrasi dengan Na2S2O3 0.01 N, harga B positif.
·
Jika
volume titran iodine > volume titran Na2S2O3,
maka nilai B negatif.
i.
Perhitungan :
Hitung kadar Cl2 dengan rumus :
Keterangan
:
A
= ml larutan Na2S2O3 yang digunakan sampel
B
= ml larutan Na2S2O3 yang digunakan blanko
(positif atau negatif)
N
= Nrmalitas larutan Na2S2O3
10. SULFIDA
a.
Prosedur
1. Masukkan 200ml contoh kedalam Erlenmeyer 500ml
2. Tambahkan dari buret 5ml I2 0,02 N. Bilas
dinding Erlenmeyer dengan aquades.
3. Tambahkan 2 ml HCl 6 N lalu ditutup.
4. Aduk selama 6 – 10 menit. Jika warna I2
tidak muncul tambahkan kembali 5 ml I2 0,025 N sehingga warna I2 muncul.
5. Titrasi dengan
Na2S2O3 0,025 N hingga warna kuning pucat.
6. Tambahkan 100 ml amilum hingga terbentuk warna biru.
7. Titrasi kembali dengan Na2S2O3
0,025 N hingga warna biru hilang.
8. Cataa volume larutan Na2S2O3
0,025 N yang digunakan kemudian hitung kadar sulfidanya.
b.
Pereaksi
a. Larutan I2 0,025 N
Volume pembuatan :
250 ml
Waktu Kedaluarsa :
1 bulan
Prosedur :
1. Larutkan 5 – 6 gr KI dengan aquadest 25 ml dalam labu
ukur 250 ml
2. Tambahkan 0,8 gr I2, dan tanda bataskan
dengan aquades
3. Tetapkan kenormalan dengan tahap sebagai berikut :
·
Ukur
40 ml aquades dan masukan kedalam labu Erlenmeyer 250 ml, tambahkan masing –
masing larutan asam sulfat pekat dan 5 ml larutan iod
·
Titrasi
segera dengan larutan baku dengan larutan Na2S2O3
0,025 N sampai warna kuning
·
Tambahkan
larutan indikator kanji hingga warna larutan menjadi biru. Lanjutkan titrasi
dengan larutan tiosulfat sampai warna biru hilang
·
Cata
pemakaian larutan baku Na2S2O3 dan hitung
normalitas larutan iod dengan rumus :
V1
X NI = V2 X N2
Keterangan :
V1 = Volume larutan Iod yang dipipet (ml)
N1 = Normalitas larutan Iod yang dicari (N)
V2 = Volume larutan Na2S2O3
(ml)
N2 = Normalitas larutan Na2S2O3
(N)
b.
Larutan
HCl 6 N
Volume Pembuatan :
100 ml
Waktu
Kadaluarsa : 1 bulan
Prosedur :
Encerkan 216 ml HCl pekat menjadi 360 ml dengan
aquades
c.
Larutan
Na2S2O3 0,025 N
Volume pembuatan :
250 ml
Waktu kadaluarsa :
1 bulan
Prosedur :
4.
Larutkan 1,5512 gram Na2S2O3.5H2O
dengan 50 ml aquades bebas CO2 di dalam labu seukuran.
5.
Tambahkan
0,5 ml kloroform lalu tanda bataskan dengan aquades bebas CO2
6.
Tetapkan
kenormalan larutan baku natrium tiosulfat 0,01 N dengan larutan K2Cr2O7 0,1 N
·
Buat
larutan K2Cr2O7 0,025 N: larutkan 0,3065 g K2Cr2O7
p.a (yang telah dikeringkan di oven 105º
selama 2 jam dan didinginkan di dalam desikator) dengan aquades dalam
labu ukur 250 ml (catat penimbangan). Tambahkan aquades sampai tanda batas.
·
Diukur
80 ml aquades, tambahkan ke dalamnya 1 ml H2SO4 pekat dan
10 ml K2Cr2O7 0,01 N dan 1 gr KI, kemudian
aduk selama 6 menit. Titrasi dengan larutan Na2S2O3
0,01 N (catat volume yang digunakan). Hitung kenormalan larutan baku Na2S2O3
dengan rumus :
4.2 ANALISA
MINERAL
4.2.1
Parameter Kimia
1. Pengujian
Komposisi Unsur Utama
a. Ruang
Lingkup
Standar ini meliputi cara uji kimia komponen silikon dioksida, aluminium
oksida, total besi (III) oksida, titan oksida, kalsium oksida, magnesium
oksida, kalium oksida, natrium oksida, dan hilang pijar dalam contoh.
b. Prinsip
Kerja
Contoh dilebur dengan litiummetaborat (LiBO2) dalam cawan
platina pada suhu 9500 – 9750 C dan hasil leburan
dilarutkan dengan HNO3 (1:24). Unsur SiO2 ditetapkan
secara gravimetri, unsur TiO2 ditetapkan secara spektrometri, unsur
– unsur Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O,
dan Na2O ditetapkan secara spektrometri serapan atom.
c. Standar
Acuan
Standar Nasional Indonesia, SNI 13-3608-1994
d. Bahan
1.
Litium
methaborat bebas air
2.
Larutan
asam nitrat 1 : 24
3.
Larutan
Stronsium nitrat 3%
4.
Hidrogen
Peroksida 3%
5.
Larutan
standar untuk Al2O3, CaO, MgO, K2O, Na2O
dan Fe2O3
6.
Asam
Sulfat 1 : 1
7.
Asam
fluorida pekat
8.
Asam
Posfat pekat
e. Peralatan
1.
Cawan
Platina 50 mL
2.
Oven
pengering maksimal 2200 C
3.
Tungku
pemanas muffle furnace maksimal 12000 C
4.
Plat
pemanas hot plate
5.
Instrumen
AAS
6.
Pengaduk
magnetic
7.
Badang
pengaduk Teflon
8.
Labu
ukur 100 dan 50 mL
9.
Gelas
kimia Teflon 100 mL
10. Pipet gondok 5, 10, 25, dan 50 mL
11. Timbangan analitik dengan ketelitian 4 desimal
12. Gelas kimia 200 mL atau 250 mL bentuk tinggi
f. Prosedur
a.
Masukkan
sejumlah contoh kedalam botol timbang dan panaskan pada suhu 1050-1100
C dalam oven pengering selama ± 2 jam.
b.
Dinginkan
di dalam desikator vakum selama 20 sampai 25 menit.
c.
Timbang
dengan teliti 200 mg contoh kedalam cawan platina yang sudah berisi 1 g litium
methaborat bebas air, aduk dengan kawat platina sampai homogen. Bagian yang
menempel pada kawat platina dibersihkan dengan kuas.
d.
Masukan
kedalam tungku pemanas pada suhu 7000C. naikkan suhu perlahan –
lahan dan atur regulatornya pada suhu
9500C – 9750C, dan biarkan contoh melebur pada
suhu ini selama 10 sampai 15 menit.
e.
Keluarkan
cawan platina dari dalam tungku dengan tang yang dilengkapi penjepit platina,
sambil diputar supaya lelehan yang terbentuk merata dan menyerupai kaca.
f.
Dinginkan
beberapa saat, cawan platina beserta isinya masukan kedalam gelas kimia tefln
100 mL, tambahkan 50 mL larutan HNO3 1 : 24.
g.
Larutkan
lelehan contoh diatas pengaduk magnetic dengan menggunakan batang pengaduk
teflon sebagai pengaduknya.
h.
Masukkan
hasil pelarutan tadi kedalam labu ukur 100 mL, bagian yang menempel pada
platina dan teflon dibilas dan dimasukkan kedalam labu ukur, impitkan sampai
tanda batas dengan larutan asam nitrat 1 : 24.
i.
Kocok
beberapa kali sampai larutan menjadi homgen.
·
Penentuan
Kadar Silikon Dioksida (SiO2) Total.
a. Pipet 50 mL larutan pada g.h , masukkan kedalam gelas
kimia 200 atau 250 mL bentuk tinggi.
b. Tambahkan H2SO4 1:1 sebanyak 10
mL, uapkan di atas plat pemanas ( hot plate) sampai kering.
c. Dinginkan dan tambahkan 5 mL H2SO4
1:1 dan air sebanyak ± 50 mL, panaskan sampai garam – garam yang terbentuk
larut kembali, kecuali SiO2.
d. Saring dengan kertas saring medium (whatman no. 40),
cuci endapan dan kertas saring sampai bersih dengan air panas.
e. Masukkan filtratnya kedalam labu ukur 100 mL untuk
penetapan TiO2.
f. Masukkan endapan dan kertas saringnya kedalam cawan
platina 25 mL, panaskan perlahan – lahan sampai semua airnya menguap, bakar
diatas nyala gas sampai terjadi arang dan abu, kemudian pijarkan dalam tungku
pemanas pada suhu 10000C sampai terjadi pemijaran sempurna.
g. Dinginkan dalam desikator vakum 15 – 20 menit,
kemudian timbang.
h. Basahkan residu dalam platina tadi dengan sedikit air,
tambahkan 1 – 2 tetes H2SO4
1:1 dan HF pekat (46%) secukupnya, uapkan sampaikering di atas plat pemanas,
bakar dan pijarkan dalam tungku pemanas pada suhu 10000 C, selama ±
15 menit.
i.
Dinginkan
dalam desikator vakum 15 – 20 menit dan timbang sampai bobot tetap.
j.
Perhitunga
:
Dimana fp adalah faktor
pengenceran
·
Penentuan kadar Al2O3, Fe2O3
total, CaO, MgO, K2O, dan Na2O
a.
Pipet
5 – 20 mL pada g.h masukkan ke dalam labu ukur 50 mL atau 100 mL.
b.
Tambahkan
larutan Stronsium Nitrat 3% sampai konsentrasi akhir 3000 ppm dan tambahkan
larutan litium methaborat 1% sampai konsentrasi akhir 2000 ppm.
c.
Impitkan
sampai tanda batas dengan larutan HNO3 1:24 dan kocok sampai
homogen.
NO
|
Unsur yang diperiksa
|
Konsentrasi Lar. Standar ppm
|
Panjang Gelombang
nm
|
Gas Pembakar
|
Pengoksidasi
|
Jenis Nyala
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
K2O
Na2O
|
50 – 250
2 - 15
25 – 200
2 - 8
0,1 – 0,8
1 – 8
0,5 - 5
|
309,0
248,0
372,0
422,4
284,9
766,2
589,4
|
C2H2
C2H2
C2H2
C2H2
C2H2
C2H2
C2H2
|
N2O
Udara
Udara
N2O
Udara
Udara
Udara
|
Reduksi
Oksidasi
Oksidasi
Reduksi
Oksdasi
Oksidasi
Oksidasi
|
d.
Perhitungan
:
2.
Penentuan Kadar
Al2O3, dan Fe2O3 contoh lempung
dengan volumetri
a.
Maksud dan Tujuan
Untuk menentukan kadar Al2O3
dan Fe2O3 contoh lempung dengan volumetric.
b.
Prinsip
Contoh lempung
dilarutkan dengan salah satu cara sebagai berikut.
a) Dengan
peleburan Na2CO3/KNaCO3
b) Dengan
pelarutan campuran HF dan H2SO4
Setelah contoh larut, kadar Al2O3
dan Fe2O3 ditentukan dengan cara volumetric.
Kadar Al2O3
ditentukan melalui pembentukan senyawa kompleks Al3+ dengan EDTA
berlebih. Kelebihan EDTA dititrasi dengan larutan standar Zn2+,
menggunakan indikator xylenol orange sampai warna larutan berubah menjadi merah
lembayung.
Kadar Fe2O3 ditentukan
dengan titrasi memakai K2Cr2O7 dengan
indikator Ba/Na difenilaminasulfonat sampai warna larutan berubah menjadi ungu.
c.
Standar
Acuan
-
ISO 1169 – 1975 ( E ), Zinc Alloys – Determination Of Aluminium
Content – Volumetric Method.
-
ISO 597 – 1973 ( E ), Determination Of Total Iron Content –
Volumetric Method.
-
ISO/R 313 – 1963 ( E ), Methods Of Chemical Analysis Of Manganese
Ore. Determination Of Total Iron Content.
-
ASTM , 1982 ANSI / ASTM ( 25 – 81 ), Standard Method Of Limestone, Quicklime and
Hydrated Lime, Annual Book Of ASTM Standard, Part 13. Philadelphia; American
Society of Testing and Material
-
SNI 13 – 3496 – 1994
d. Prosedur
·
PENENTUAN KADAR Al2O3
1. Peralatan
-
Gelas Kimia 1000 ml, 400 ml, 250 ml dan
100 mll
-
Pipet Volume (pipet gondok) 100, 50, 25
atau 10 ml
-
Pipet ukur 25 ml atau 10 ml
-
Corong tangkai panjang
-
Labu ukur 1000 ml dan 250 ml
-
Erlenmeyer 250 ml
-
Pelat pemanas
-
Buret 50 atau 25 ml
2. Pereaksi
-
Hidrogen Peroksida (H2O2)
30 %
-
Ammonium Hidroksida (NH4OH)
p.a
-
Asam Klorida (HCl) 2 N; encerkan 41,5 ml
HCl p.a 37 % dengan aquades sampai 100 ml dalam gelas kimia 250 ml.
-
Natrium Hidriksida (NaOH) 2N; larutkan 8
gr NaOH dengan 100 ml aquades dalam gelas kimia 250 ml. Dinginkan, aduk sapai
larut dan simpan dalam botol plastik.
-
Natrium Hidroksida (NaOH) 20 %; larutkan
20 gr NaOH dengan 100 ml aquades dalam gelas kimia 250 ml. Dinginkan, aduk
sapai larut dan simpan dalam botol plastik.
-
Larutan Natrium Etilenadiamina
Tetraasetat (EDTA) 0,01 M atau 0,02 M; timbang dengan teliti 3,7224 gr EDTA
untuk 0,01 M atau 7, 4448 gr EDTA untuk larutn 0,02 M. Masukan kedalam labu
ukur 1000 ml larutkan dengan aquades, kocok sampai larut, impitka sampai tanda
batas, kemudian kocok sampai homogen.
-
Laruan Seng Sulfat (ZnSO4.2HO) 0,01 M; timbang dengan teliti 2, 8898 gr ZnSO4.2H2O.
Masukan kedalam labu ukur 1000 ml larutkan dengan aquades, kocok sampai larut,
impitka sampai tanda batas, kemudian kocok sampai homogen
-
Larutan Metil Merah 1 %; larutkan 1 gr
metil merah dalam 100 ml alkohol absolut.
-
Xylnol
orange (C31H28N2Na4O13S)
1 %; gerus campuran 1 gr Xylnol orange dengan
99 gr NaCl atau larutkan Xylnol orange dengan 100 ml aquades.
-
Hexametillena Tetramina (C6H12N4)
p.a
-
Larutan penyangga pH 5 – 5.5 ; larutkan
135 gr Na – asetat dalm 300 ml aquades, tambahka 13 ml asam asetat (CH3COOH)
17 N. Jadikan volume menjadi 500 ml dengan aquades, ukur dan atur pH larutan
menjadi pH 5 – 5.5 dengan penambahan natrium asetat atau asam asetat
3. Prosedur
penentuan kadar Al2O3
a. Pipet
10 ml sampai 25 ml larutan induk, masukan ke dalam gelas kimia 100 ml. Encerkan
sampai kurang lebih 50 ml, tambahkan
beberapa tetes H2O2 . Panaskan sampai kelebihan
H2O2 menguap;
b. Tambahkan
larutan NaOH 20 % berlebih atau endapan selai putih larut sempurna da kemudian
panaskan kembali sampai mendidih. Saring larutan dengan memakai kertaas saring
Whattman No. 41 atau yang sejenis, tampung larutan dalam erlenmeyer 250 ml,
cuci gelas kimia dan endapan dengan larutan NaOH 0,2 % sampai bersih;
c. Tambahkan
larutan EDTA berlebih (A ml), tambahkan indikator metil merah, kemudian
netralkan smpai warna berubah antara merah dan kuning;
d. Tambahkan
25 ml larutan penyangga pH 5 – 5.5, tambahkan indikator xylenol orange, dan kurang lebih 50 mg hemetilena tetramina.
Totrasi larutan dengan larutan Zn2+ sampai warna larutan berubah
menjadi merah lembayung (B ml);
e. Lakukan
titrasi blanko (larutan EdTA) dengan larutan Zn2+ seperti pengerjaan
diatas.
f. Perhitungan
Kadar Alumunium Oksida (Al2O3),
% =
x
100
Keterangan :
A adalah volume EDTA
yang ditambahkan (ml)
B adalah volume
penitran (Zn2+) yang dipakai untuktitrasi kelebihan EDTA (ml)
M1 adalah normalitas
EDTA
M2 adalah normalias Zn2+
Fp adalah faktor
pengenceran
27 adalah berat atom Al
Fk adalah faktor kimia
= 1,8889
W adalah berat contoh
(mg)
·
PENENTUAN KADAR Fe2O3
1.
Peralatan
-
Pipet volume (pipet gondok) 100, 50, 25,
atau 10 ml
-
Pipet ukur 25 atau 10 ml
-
Gelas Kimia 100 ml
-
Erlenmeyer 250 ml
-
Pelat Pemanas
-
Buret 50 ml atau 25 ml
-
Botol Pereaksi
2. Pereaksi
-
Larutan Stano Klorida (SnCl2)
10 %; larutkan 10 gr SnCl2 dengan 20 ml HCl p.a, panaskan sampai
larut, dinginkan, kemudian encerkan sampai menjadi 100 ml, simpan daam botol
pereaksi berwarna gelap dan tambahkan beberapa butir logam Sn
-
Larutan merkuri klorida (HgCl2)
5 %; larutkan50 g HgCl2 dengan 1000 ml aquades, aduk sampai larut,
simpan dalam botol perealsi
-
Larutan campuran asam sulfat (H2SO4)
dan asam fosfat (H3PO4); campurkan 75 ml H3PO4
dan 150 ml larutan H2SO4 1:1, ke dalam gelas kimia 1000
ml yang telah berisi 350 ml aquades, aduk sampai homogen, simpan dalam botol
pereaksi
-
Larutan barium / natrium
difenilaminasulfonat (C6H5NHC6H4SO2Na)
1%; larutkan 1 gr barium / natrium difenilaminasulfonat dengan H2SO4
p.a, untuk garam barium atau aquades untuk garam natrium sampai volume 100 ml,
simpan dalam botol tetes yang berwarna gelap
-
Larutan standar kalium dikromat (K2Cr2O7)
0,05N; timbang dengan teliti 2,4517 gr K2Cr2O7
yang telah dikeringkan pada suhu 105° C sampai 110° C selama 1 jam, larutkan
dengan aquades, masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml, impitkan sampai tanda
batas kemudia kocok sampai homogen .
3. Prosedur
a) Pipet
25 ml sampai 50 ml larutan induk yang diperoleh dari butir 5.1.3.b , masukkanke
dalam erlenmeyer 250 ml , tambahkan 5 ml HCl p.a. , kemudian panaskan sampai
hampir mendidih ;
b) Tambahkan
larutan SnCl2 10% tetes demi tetes sampai warna kuning hilang ,
tambahkan lagi 1 sampai dengan 2 tetes , kemudian dinginkan dalam air yang
mengalir ;
c) Tambahkan
lebih kurang 10ml HgCl2 , kocok , biarkan lebih kurang 5 menit ,
tambahkan lebih kurang 10 ml larutan campuran H2SO4
dengan H3PO4 , dan beberapa tetes indikator
barium/natrium difenilaminasulfonat ;
d) Titrasi
dengan larutan K2Cr2O7
0,05 N sampai warna larutan berubah dari hijau menjadi kebiruan dan titik akhir
menjadi warna ungu ( C ).
e)
Perhitungan
Kadar
besi III oksida (Fe2O3 ) ,
x
100
Keterangan
:
V
adalah volume larutan K2Cr2O7 yang dipakai
untuk titrasi dalam mililiter,
N
adalah normalitas larutan K2Cr2O7
Fp
adalah faktor pengenceran,
Bst
adalah berat setara Fe2O3 = 79,85 , dan
W
adalah berat contoh dalam miligram
merit casino | xn--o80b910a26eepc81il5g.online
BalasHapusmerlot gambler play worrione no deposit bonus free spins no deposit bonus spins หารายได้เสริม no deposit bonus free spins free spins free spins no deposit bonus free 메리트 카지노 고객센터 spins